KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa arena atas berkat dan rahmatNya
sehingga pembuatan makalah ini dapat diselesaikan. Makalah dalam judul “Trauma
Mata” penuis susun sebagai tugas dari salah satu dosen pengampu mata ajar KMB
II system penglihatan.
Dalam penyusunan makalah ini penulis mendapat bantuan dari berbagai pihak
tidak lupa pada kesempatan kali ini penuis menyampaikan terima kasih kepada
yang terhormat:
1.
Bapak Suwarsono, S.KM, S.Pd selaku direktur “Akper
Ngesti Waluyo” Parakan.
2.
Ibu Desak
selaku dosen pembimbing
3.
Rekan-rekan mahasiswa Akper “Ngesti Waluyo” Parakan
yang telah membantu dan atas kerjasamanya.
4.
Seluruh pihak yang memberikan dukungan dan bantuan
Penulis sadar akan kekurangan yang dimiliki, oleh karena itu kritik dan
saran dari pembaca sangat diharapkan, semoga makalah ini dapat menambah wawasan
dan bermanfaat bagi pembaca.
Parakan,
Nopember 2008
Penulis
|
PENDAHULUAN
A.
ANATOMI FISIOLOGI
Otot-otot optik adalah otot interior dan superior.
Otot optik superior menggerakan mata kebawah dan kesisi luar. Sementara otot
oblik inferior menggerakan mata keatas dan juga kesisi luar.
Sklera adalah pembungkus mata yang kuat dan fibrus,
sklera membentuk putih mata dan bersambang pada bagian depan dengan sebuah
jendela membentuk yang bening yaitu kornea.
Retina adalah lapisan sarafi pada mata, yang terdiri
dari sejumlah lapisan serabut yaitu sel-sel saraf, batang-batang dan kerucut.
Kornea yang merupakan bagian depan yang transaparan dan bersambung dengan
sklera yang putih dan tidak tembus cahaya, kornea terdiri atas beberapa lapisan
(lapisan tepi adalah epitalicum berlapis yang bersambung dengan konjungtiva).
Bilik enterior (kamera akali anteriror) yang terletak antara kornea dan
iris. Iris adalah tirai berwarna didepan lensa yang tersambung dengan selaput
kloreia.
Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris
melalui mana cahaya masuk gara mencapai retina.
Bilik posterior (kamera akoli posterior) terlerak diantara iris dan
lensa.
Lensa adalah sebuah benda transparan biconvex (cembung depan-belakang)
yang terdiri dari beberapa lapisan.
Retina adalah mekanisme pernafasan untuk penglihatan, retina memcat
ujung-ujung nervus optikus.
Alis adalah 2 potong kulit tebal melekung yang ditumbuhi bulu konjungtiva
adalah selaput lender yang melapisi sisi dalam kelopak mata.
- Bagian-bagian mata
1.
Alis
Alis yaitu rambut-rambut halus yang terdapat diatas mata. Alis berfungsi
mencegah masuknya air atau keringat dari dahi ke mata.
2.
Bulu Mata
Bulu mata yaitu rambut-rambut halus yang terdapat di tepi kelopak mata.
Bulu mata berfunsi untuk melindungi mata dari benda asing.
3.
Humor berair (cairan berair)
Humor berair atau cairan berair berfungsi menghasilkan cairan pada mata.
4.
Humor / Badan Bening Humor
Badan bening ini terletak dibelakang lensa. Bentuknya berupa zat
tranparan seperi jeli (agar-agar). Fungsi humir (badan bening) adalah untuk
meneruskan cahaya dari lensa mata ke retina (selaput jala)
5.
Kelenjar Air Mata
Kelenjar air mata terlatak dibagian dalam kelopak mata. Kelenjar air ata
berfungsi untuk menghasilkan cairan yang disebut air mata. Air mata berguna
untuk mencegah bola mata agar tetap basah. Selain itu air mata berguna untuk
membersihkan mata dari benda asing yang masuk kemata sehingga mata tetap
bersih. Contoh benda asing adalah debu, asap, uap, bawang merah, dan zat-zat
yang berbahaya bagi mata. Oleh karena itu, jika mata terkena benda-benda asing
tersebut, maka akan basah oleh air mata.
6.
Kelenjar lakrima (Air Mata)
Kelenjar air mata (lakrima) berfungsi menghasilkan air ata untuk
membasahi mata yang berguna menjaga kelembaban mata, membersihkan mata dari
debu dan membunuh bibit penyakit yang masuk kedalam mata.
7.
Kelopak Mata
Kelopak mata terdiri atas kelopak atas dan kelopak bawah. Bagian ini
untuk membuka dan menutup mata. Kelopak mata befungsi untuk melindungi bola
mata bagian depan dari benda-benda asing dari luar. Benda-benda tersebut
misalnya debu, asap, dan goresan. Kelopak mata juga berfungsi untuk menyapu
permukaan bola mata dengan cairan. Selain itu juga untuk mengatur intensitas
cahaya yang masuk kemata.
8.
Konjungtiva
Adalah membrane tipis pelindung (lapisan jaringan) pada mta. Kunjungtiva
sebaga membran pelindung pada mata.
9.
Lapisan koroid (lapisan tengah)
Lapisan koroid atau lapisan tengah terletak diantara sklera dan retina,
berwarna kehitaman sampai hitam. Lapisan tengah (lapisan koroid) berfungsi
memberi nutrisi pada retina luar. Sedang gelap koroid brfungsi untuk mencegah
pemantulan sinar. Lapisan yang amat gelap juga mencegah berkas cahaya
dipantulkan di sekeliling mata.
10.
Lensa Mata
Terletak ditengah bola mata, dibelakang anak mata (pupil) dan selaput
pelangi (iris). Fungsi utama lensa adalah memfokuskan dan meneruskan cahaya
yang masuk ke mata agar jatuh tepat pada retina (selaput jala). Dengan demikian
mata dapat melihat dengan jelas. Lensa mata mempunyai kemampuan untuk
memfokuskan jatuhnya cahaya. Kemampuan lensa mata untuk mengubah kecembungan
disebut daya akomodasi bila kita mengamati benda yang letakna dekat, maka mata
berakomodasi dengan kuat. Akibatnya lensa mata menjadi lebih cembung, dan
bayangan dapat jatuh tepat diretina. Dan apabila kita mengamati benda yang
letaknya jauh, maka mata tidak berakomodasi. Akibatnya, lensa mata berbentuk
pipih. Sebagai contoh pada orang tua yang telah berusia 50 tahun, daya
akomodasi lensa mata mulai menurun, orang tua menjadi sulit untuk melihat
dengan jelas. Lensa mempunyai karakteristik lunak dan transparan, mengatur
focus citra. Lensa mata berupa lensa cembung yang kenyal. Fungsi lensa yang
lain juga untuk membentuk bayangan pada retina yang bersifat nyata, terbalik
dan diperkecil.
11.
Otot-otot bersilia
Otot-otot bersilia berfungsi mengatur bentuk lensa.
12.
Pupil (anak mata)
Pupil berupa celah yang berbentuk lingkaran terdapat ditengah-tengah
iris. Pupil berfungsi sebagai tempat untuk mengatur banyak sedikitnya cahaya
yang masuk kedalam mata. Pupil juga lubang di dalam iris yang dilalui berkas
cahaya. Pupil merupakan tempat
lewatnya cahaya menuju retina.
13.
Saraf Optik (saraf mata)
Saraf mata berfungsi untuk meneruskan rangsang yang telah diterima.
Rangsang cahaya tersebut diteruskan kesusunan saraf pusat yang berada di otak.
Dengan demikian kita dapat melihat suatu benda. Saraf optik atau saraf mata
juga berfungsi mengirim informasi visual ke otak atau meneruskan informasi
tentang kuat cahaya dan warna ke otak.
14.
Selaput Bening (Kornea)
Selaput bening (kornea) sangat penting bagi ketajaman penglihatan kita.
Fungsi utama selaput bening (kornea) adalah meneruskan cahaya yang masuk
kemata. Cahaya tersebut diteruskan kebagian mata yang lebih dalam dan berakhir
pada selaput jala atau retina. Karena fungsinya itu, maka selaput bening
(kornea) mempunyai beberaa sifat, yaitu tidak berwarna (bening) da tidak
mempunyai pembuluh darah. Kornea merupakan bagian mata yang dapat disumbangkan
untuk penyembuhan orang dari kebutaan. Selaput bening (kornea) berupa piringan
transaparan di depan bola mata dan tidak berpembuluh darah. Selaput bening
(kornea) juga berfungsi sebagai pelindung mata bagian dalam.
15.
Sklera / Selaput Putih
Sklera ata selaput putih terletak di lapisan kuat. Sklera lapisan luar
yang keras / kuat. Lapisan ini berwarna putih, kecuali dibagian depan yaitu
tidak berwarna atau benin. Lapisan sklera berwarna putih terdiri atas serabut
kolagen yang tidak teratur dan tidak berpembuluh darah, kecuali bagian
episklera. Lapisan sklera berfungsi melindungi bola mata. Sklera bagian mata
depan tampak bergelembung dan transparan disebut kornea.
16.
Suspensor Ligamen
Suspensor ligamen berfungsi menjaga lensa agar selalu pada tempatnya.
17.
Urat Saraf Mata
Urat saraf mata berfungsi menghubungkan mata dengan otak.
BAB II
KONSEP DASAR MEDIK
A.
PENGERTIAN
1.
Trauma mata adalah cidera mata yang dapat mengakibatkan
kelainan mata (mangunkusumo, 1988)
2.
Trauma mata adalah trauma pada mata yang menyebabkan
kerusakan jaringan pada mata (Widodo, 2000)
3.
Trauma mata merupakan kelainan mata yang terjadi akibat
cidera / trauma oleh benda tumpul, benda tajam, kimia, bahan baker maupun
radiasi
B.
ETIOLOGI
Trauma mata dapat terjadi secara mekani dan non mekanik
1.
Mekanik, meliputi :
a.
Trauma oleh benda tumpul, misalnya :
1).
Terkena tonjokan tangan
2).
Terkena lemparan batu
3).
Terkena lemparan bola
4).
Terkena jepretan ketapel, dan lain-lain
b.
Trauma oleh benda tajam, misalnya:
1).
Terkena pecahan kaca
2).
Terkena pensil, lidi, pisau, besi, kayu
3).
Terkena kail, lempengan alumunium, seng, alat mesin
tenun.
c.
Trauma oleh benda asing, misalnya:
Kelilipan pasir, tanah, abu gosok dan lain-lain
2.
Non Mekanik, meliputi :
a.
Trauma oleh bahan kimia:
1).
Air accu, asam cuka, cairan HCL, air keras
2).
Coustic soda, kaporit, jodium tincture, baygon
3).
Bahan pengeras bakso, semprotan bisa ular, getah
papaya, miyak putih
b.
Trauma termik (hipermetik)
1).
Terkena percikan api
2).
Terkena air panas
c.
Trauma Radiasi
1).
Sinar ultra violet
2).
Sinar infra merah
3).
Sinar ionisasi dan sinar X
(Ilyas, 1985)
Gangguan-gangguna trauma pada mata
1.
Trauma mata karena benda tajam
a.
Plasits
b.
Gangguan pergerakan bola mata
c.
Ketajaman penglihatan buruk
d.
Perdarahan didalam bola mata
e.
Lensa yang pecah
f.
Rusaknya susunan jaringan bola mata
g.
Terlihat bintik mata yan dangkal karena perforasi
kornea
h.
Bentuk pupil yang lonjong / terjadi perubahan bentuk
pupil akibat perlengkapan iris dengan bbir luka kornea
i.
Tekanan bola mata akan rendah akibat cairan mata keluar
melalui luka
2.
Trauma mata oleh benda asing
a.
Mata terasa mengganjal dan ngeres
b.
Mendadak merasa tidak enak jika mengedikan mata
c.
Bila tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat
d.
Fototobia
e.
Gangguan gerak bola mata dan lain-lain
3.
Trauma karena bahan kimia
a.
Trauma Akali
1).
Dapat menyebabkan pecah atau rusaknya jaringan
2).
Meningkatkan tekanan infra akuler
3).
Karena keruh dalam beberapa menit
4).
Pembentukan jaringan parut pada kelenjar asesari air
mata, yang mengakibatkan mata menjadi kering
5).
Lensa keruh diakibatkan kerusakan kaps lensa
b.
Trauma Asam
1).
Terjadi koogulasi protein epitel kornea yang
mengakibatkan kekerutan pada kornea
2).
Akibat koogulasi kadang seluruh kornea terkelupas
3).
Bila terjadi penetrasi jaringan yang lebih dalam akan
terjadi edema kornea dan iris
4).
Keadaan terburuk apabila terkena trauma asam berupa
vaskularisasi berat pada kornea
4.
Trauma Mata Mekanik (hipertemik)
a.
Bila siperficila dan bulu mata hangus kulit palpebra
hipermis dan terjadi edema palpebra
b.
Bila lebih berat terjadi nekrosis sehingga dapat
kehilangan sebagian palpebra
c.
Bila kornea terkena dapat terjadi erosi karena adanya
reflek menutup pada kelopak umumnya kornea tidak terkena
5.
Trauma Mata karena radiasi
C.
FAKTOR PREDIPOSISI
1.
Mengendarai motor tanpa menggunakan helm yang disertai
kaca penutup
2.
Berjalan dibawah terik matahari dalam waktu begitu lama
tanpa menggunakan topi atau kaca mata pelindung
3.
pekerja las dalam pekerjaannya tanpa menggunakan kaca
pelindung mata
D.
KLASIFIKASI
Berdasarkan keparahannya trauma mata diklasifikasi sebagai berikut:
1.
Trauma Ringan
a.
Trauma disembuhkan tanpa tindakan atau pengobatan yang
berarti
b.
Kekerungan ringan pada kornea
c.
Pragnosis baik
2.
Trauma sedang
a.
Kekeruhan kornea sehingga detail iris tidak dapat
dilihat, tapi pupil masih tampak
b.
Iskemik mekrosis pada konjungtiva dan sklera
c.
Pragnosis sedang
3.
Trauma berat
a.
Kekeruhan kornea sehingga pupil tidak dapat dinilai
b.
Konjungtiva dan sklera sangat pucat karena istemik
nekrosis berat
c.
Pragnosis buruk
E.
GAMBARAN KLINIK
1.
Trauma mata karena benda tumpul
a.
Penurunan ketajaman penglihatan
b.
Adanya kelainan disekitar mata, seperti :
1).
Adanya perdarahan sekitar mata
2).
Pembengkakan di dahi, pipi dan hidung
c.
Adanya eksuftalmos dan gangguan gerak bola mata akibat
perdarahan di dalam rongga orbita
d.
Adanya hematomom dan edema pada kelopak mata
e.
Konjungtiva akan tampak merah dengan batas tegas
f.
Terjadi erosi kornea
g.
Pupil akan menyempit, dapat juga juga melebar dan
reaksi terhadap cahaya akan menjadi lembat atau hilang
h.
Timbul raptur yang tidak langsung pada kapsul lensa
i.
Edema retina
j.
Perubahan tekanan bola mata
k.
Terjadi gangguan gerak bola mata, kelopak mata tidak dapat
menutup atau tidak dapat membuka dengan jelas.
a.
Lesi termis ditimbulkan oleh sinar infra red berupa :
kekeruhan kornea, atrati, iris, kerusakan macula karena berfokusnya sinar pada
mocula, jaringan berpigmen seperti ovea dan retina lebih mudah mengalami
kerusakan
b.
Lesi obiotik ditimbulkan oleh UV (ultra violet) :
setelah periode laten terlihat eriterna yang terbatas jelas hanya pada daerah
yang teriritasi.
c.
Lesi ionisasi ditimbulkan oleh sinar X; terjadi
perubahan vaskulariasi, korpus siliarsis menjadi edema dan dilatasi yang
mengakibatkan terjadinya glaukoma.
(Mangunkusumo, 1988)
F.
TANDA DAN GEJALA
1.
Ekstra Okular
a.
Mendadak merasa tidak enak ketika mengedipkan mata
b.
Ekskoriasi kornea terjadi bila benda asing menggesek
kornea, oleh kedipan bola mata.
c.
Lakrimasi hebat.
d.
Benda asing dapat bersarang dalam torniks atas atau
konungtiva
e.
Bila tertanam dalam kornea nyeri sangat hebat
2.
Infra Okuler
a.
Kerusakan pada tempat masuknya mungkin dapat terlihat
di kornea, tetapi benda asing bisa saja masuk ke ruang posterior atau limbus
melalui konjungtiva maupun sklera.
b.
Bila menembus lensa atau iris, lubang mungkin terlihat
dan dapat terjadi katarak.
c.
Masalah lain diantaranya infeksi skunder dan reaksi
jaringan mata terhadap zat kimia yang terkandung misalnya dapat terjadi
siderosis.
G.
MANIFESTASI KLINIK
1.
|
Lagaltafmas :
|
Keadaan tidak
menutupnya mata secara sempurna (Ramali, dkk. 2005)
|
2.
|
Katarak :
|
Kekeruhan pada
lensa yang terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi
proteksi lensa, atau akibat kedua-duanya.
|
3.
4.
|
a. Akut :
b. Kronik :
Kebutaan :
|
Penyakit mata
yang disebabkan oleh tekanan infra akuler yang meningkat mendadak sangat
tinggi
Penyakit mata
dengan gejala peningkatan tekanan bola mata sehingga terjadi kerusakan
anatomi dan fungsi mata yang permanent. (ilyas 1997)
Tidak dapat
melihat karena kerusakan mata (Ramali, dkk. 2005)
|
H.
PATOFISIOLOGI
Trauma mata bisa disebabkan oleh karena mekanik dan
non mekanik, semua ini menciderai organ-organ mata yang menyebabkan terjadinya
trauma mata. Trauma mata yang diakibatkan oleh cedera mekanik pada jaringan
bola mata akan menimbulkan suatu atau berbagai akibat klasik seperti: rasa
sakit akibat trauma, gangguan penglihatan berupa penglihatan kabur,
perabengkalan, perdarahan atau luka terbuka dan bentuk mata berubah.
Trauma yang diakibatkan oleh cidera non mekanik pada
bola mata akan menimbulkan berbagai akibat seperti : erosi epitel kornea,
kekeruhan kornea. Bila pada cidera radiasi juga terjadi efek kumulasi. Bila
radiasi berkurang maka lesi terimis yang ditimbulkan sinar red (irivisible
rays) dapat berupa kekeruhan kornea, atratosi iris, katarak.
(Mangunkusumo,
1988)
I.
PATHWAY
J.
TES DIAGNOSTIK
1.
Pemeriksaan umum
Pemeriksaan pada kasus trauma mata dilakukan baik
subyektf maupun obyektif.
a.
Pemeriksaan subyektif
Pemeriksaan ketajaman penglihatan. Hal ini berkaitan dengan pembutatan
visum et repertum. Pada penderita yang ketajamannya menurun, dilakukan
pemeriksaan retraksi untuk mengetahui bahwa penurunan penglihatan mungkin bukan
disebabkan oleh trauma tetapi oleh kelainan retraksi yang sudah ada sebelum
trauma (Widodo, 2000)
b.
Pemeriksaan Obyektif
Saat penderita kita inspeksi sudah dapat diketahui adanya kelainan di
sekitar mata seperti adanya perdarahan sekitar mata. Pembengkakan di dahi,
pipi, hidung dan lain-lain yang diperiksa pada kasus trauma mata ialah: keadaan
kelopak mata kornea, bilik mata depan, pupil, lensa dan tundus, gerakan bola
mata dan tekanan bola mata.
Pemeriksaan segmen anterior dilakukan dengan sentotop, loupe slit lamp
dan atlalmoskop. (Widodo, 2000).
2.
Pemeriksaan Khusus
a.
Pembiakan kuman dari benda yang merupakan penyebab
trauma untuk menjadi petunjuk pemberian obat antobiotik pencegah infeksi.
b.
Pemeriksaan radiology foto orbita
Untuk melihat adanya benda asing yang radioopak, bila ada dilakukan
pemeriksaan dengan lensa kontak combrang dan dapat ditentukan apakah benda
asing intra okuler atau ektra okuler.
c.
Pemeriksaan ERG : untuk mengetahui fungsi retina yang
rusak atau
yang masih ada.
d.
Pemeriksaan VER : untuk melihat fungsi jalur
penglihatan pusat
penglihatan
K.
PENATALAKSAAN
1.
Trauma Mata Benda Tumpul
Penanganan ditekankan pada utama yang menyertainya
dan penilaian terhadap ketajaman penglihatan. Setiap penurunan ketajaman penglihatan
tanda mutlak untuk melakukan rujukan kepada dokter ahli mata. (mangunkusumo,
2000)
Pemberian pertolongan pertama berupa:
a.
Obat-obatan analgetik : untuk mengurangi rasa sakit.
Untuk pemeriksaan mata dapat diberikan anesteshi local: Pantokain 0,5% atau
tetracain 0,5% - 1,0 %.
b.
Pemberian obat-obat anti perdarahan dan pembengkakan
c.
Memberikan moral support agar pasien tenang
d.
Evaluasi ketajaman penglihatan mata yang sehat dan mata
yang terkena trauma
e.
Dalam hal hitema ringan (adanya darah segar dala bilik
mata depan) tanpa penyulit segera ditangani dengan tindakan perawatan:
1).
Tutup kedua bola mata
2).
Tidur dengan posisi kepala agar lebih tinggi
3).
Evaluasi ketajaman penglihatan
4).
Evaluasi tekanan bola mata
f.
Setiap penurunan ketajaman penglihatan atau
keragu-raguan mengenai mata penderita sebaiknya segera di rujuk ke dokter ahli
mata.
2.
Trauma mata benda tajam
Keadaan trauma mata ini harus segera mendapat
perawatan khusus karena dapat menimbulkan bahaya; infeksi, siderosis, kalkosis
dan atlalmia dan simpatika.
Pertimbangan tindakan bertujuan :
a.
Mempertahankan bola mata
b.
Mempertahankan penglihatan
Bila terdapat benda asing dalam bola mata, maka
sebaiknya dilakukan usaha untuk mengeluarkan benda asing tersebut.
Pada penderita diberikan:
a.
Antibiotik spectrum luas
b.
Analgetik dan sedotiva
c.
Dilakukan tindakan pembedahan pada luka yang terbuka
3.
Trauma mata benda asing
a.
Ekstra Okular
1).
Tetes mata
2).
Bila benda asing dalam forniks bawah, angkat dengan
swab.
3).
Bila dalam farniks atas, lipat kelopak mata dan angkat
4).
Bila tertanam dalam konjungtiva, gunakan anestesi local
dan angkat dengan jarum
5).
Bila dalam kornea, geraka anestesi local, kemudian
dengan hat-hati dan dengan keadaan yang sangat baik termasuk cahaya yang baik,
angkat dengan jarum.
6).
Pada kasus ulerasi gunakan midriatikum bersama dengan
antibiotic local selama beberapa hari.
7).
Untuk benda asing logam yang terlalu dalam, diangkat
dengan jarum, bisa juga dengan menggunakan magnet.
b.
Intra okuler
1).
Pemberian antitetanus
2).
Antibiotic
3).
Benda yang intert dapat dibiarkan bila tidak menybabkan
iritasi
4.
Trauma mata bahan kimia
a.
Trauma akali
1).
Segera lakukan irigasi selama 30 menit sebanyak 2000
ml; bila dilakukan irigasi lebih lama akan lebih baik.
2).
Untuk mengetahui telah terjadi netralisasi bisa dapat
dilakukan pemeriksaan dengan kertas lokmus; pH normal air mata 7,3
3).
Diberi antibiotic dan lakukan debridement untuk
mencegah infeksi oleh kuman oportunie.
4).
Diberi sikoplegik karena terdapatnya iritis dan
sineksis posterior
5).
Beta bloker dan diamox untuk mengatasi glukoma yang
terjadi
6).
Steroid diberikan untuk menekan radang akibat
denoturasi kimia dan kerusakan jaringan kornea dan konjungtiva namun diberikan
secara hati-hati karena steroid menghambat penyembuhan.
7).
Kolagenase intibitor seperti sistein diberikan untuk
menghalangi efek kolagenase.
8).
Vitamin C diberikan karena perlu untuk pembentukan
jaringan kolagen.
9).
Diberikan bebat (verban) pada mata, lensa kontak
lembek.
10). Karataplasti
dilakukan bila kekerutan kornea sangat menganggu penglihatan.
b.
Trauma Asam
1).
Irigasi segera dengan gara fisiologis atau air.
2).
Control pH air mata untuk melihat apakah sudah normal
3).
Selanjutnya pertimbangan pengobatan sama dengan
pengobatan yang diberikan pada trauma alkali.
Tindakan pada trauma kimia dapat juga tergantung dari 4 fase peristiwa,
yaitu:
1.
Fase kejadian (immediate)
Tujuan dari tindakan adalah untuk menghilangkan materi penyebab sebersih
mungkin, yaitu meliputi:
a.
Pembilasan dengan segera, denan anestesi tapical
terlebih dahulu.
b.
Pembilasan dengan larutan non toxic (NaCl 0,9% ringer
lastat dan sebagainya) sampai pH air mata kembali normal.
2.
Fase Akut (sampai hari ke-7)
Tujuan tindakan adalah mencegah terjadinya penyulit dengan prinsip
sebagai berikut:
a.
Mempercepat proses re-epitelisasi kornea
b.
Mengontrol tingkat peradangan
c.
Mencegah infeksi sekunder
d.
Mencegah peningkatan tekanan bola mata
e.
Suplemen / anti oksidan
f.
Tindakan pembedahan
3.
Fase Pemulihan Dini (early repair : hari ke 7 – 21)
Tujuannya membatasi penyakit setelah fase 2
4.
Fase pemulihan akhir (late repair : setelah hari ke 21)
Tujuannya adalah rehabilitasi fungsi penglihatan
5.
Trauma Mata Termik (hipertemik)
Daerah yang terkena dicuci dengan larutan steril dan diolesi dengan salep
atau kasa yang menggunakan jel. Petroleum setelah itu ditutup dengan verban
steril.
6.
Trauma Mata Radiasi
Bila panas merusak kornea dan konjungtiva maka diberi pada mata
·
Lokal anastesik
·
Kompres dingin
·
Antibiotika lokal
BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A.
PENGKAJIAN
a.
Data biografi (meliputi identitas pasien seperti :
Nama, Jenis kelamin, pekerjaan, agama)
b.
Riwayat kesehatan
Riwayat kesehatan pendahuluan diambil untuk menentukan
masalah primer pasien seperti: kesulitan membaca, pandangan kabur, rasa
terbakar pada mata, mata basah, pandangan ganda, bercak dibelakang mata dan
lain-lain.
c.
Riwayat penyakit apa yang terakhir di derita oleh
pasien
1).
Masa anak :
Strabismus, ambliopia, cedera
2).
Dewasa : Glausoma,
katarak, cidera / trauma mata.
3).
Penyakit keluarga : Adakah riwayat kelainan mata pada
keluarga
d.
Pemeriksaan fisik
1).
Pemeriksaan bagian luar mata
a)
Posisi mata : dikaji simetris / tidak. Apakah
exaptalamus
b)
Alis mata bulu mata dan kelopak mata. Respon tutup mata
dan berkedip.
2).
Inspeksi area antara kelopak mata bawah dan atas apakah
bebas ederma.
3).
Inspeksi sclera dan konjugtiva: melihat warna,
perubahan tekstur dan lain-lain.
4).
Iris dan pupil diinspeksi normalnya saat diberikan
cahaya. Iris kontraksi dan nervus optikus terstimulasi.
e.
Tes Diagnostik
Untuk menilai :
1).
Ketajaman serta fungsi penglihatan
2).
Pemeriksaan keadaan organ mata
3).
Penggolongan keadaan trauma
B.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.
Nyeri akut berdasarkan dengan inflamasi
2.
Resiko injuri berdasar dengan peningkatan Tekanan Infra
Okuler (TIO)
3.
Ansietas berdasar dengan proses pembedahan
4.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berdasarka dengan
mual, muntal (anoveksie)
5.
Perubahan persepsi sensori (penglihatan) berdasar
dengan penurunan virus
6.
Defisit perawatan diri berdarkan kebutuhan
C.
RENCANA TINDAKAN
1.
Nyeri akut berdasarkan dengan infeksi
Tujuan :
a)
Menyatakan nyeri berkurang / hilang
b)
Pasien mendemonstrasikan penggunaan teknik relaksasi
c)
Menunjukkan menurunnya tegangan relak
Intervensi
a.
Kaji skala nyeri (P, Q, R, S, T)
Rasional :
Mengidentifikasi intervensi yang tepat dan menganalisa keaktitan
analgesia
b.
Pantau tanda-tanda vital
ΓΌ
Mengidentifikasi raa sakit dan ketidaknyamanan
c.
Berikan tindakan nyaman seperti kompres pada daerah
edema
Rasional : Mengurangi rasa ketidaknyamanan
d.
Kolaborasi : berikan analgetik
Rasional : Mengontrol mengurangi nyeri
2.
Resiko injuri berdasarkan peningkatan tekanan infra
okuler (TIO)
Tujuan :
a.
Menyatakan pemahaman factor yang terlibat akibat dalam
kemungkinan cidera
b.
Menunjukkan perubahan untuk menurunkan factor resiko
dan melindungi diri dari cidera
Intervensi :
a.
Batasi aktivitas seperti menggerakan kepala tiba-tiba,
menggaruk mata, membongkok
Rasional : Menurunkan Tekanan Infra Okuler (TIO)
b.
Anjurkan menggerakkan teknik manajemen stress seperti:
bimbingan imajinasi
Rasional : Meningkatkan relaksasi dan koping, menurunkan TIO
c.
Pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi
Rasional : Melindungi dari cidera kecelakaan dan
menurunkan gerakan mata.
d.
Kolaburasi : berikan asetazolamid (diamox)
Rasional : Menurunkan TIO
bila terjadi peningkatan
3.
Ansietas berdasarkan Proses Pembedahan
Tujuan :
a.
Menyatakan keadaan perasaan ansietas
b.
Menunjukkan relaksasi
Intervensi :
a.
Pantau respon fisik seperti takikardi, gelisah
Rasional : Membantu menentukan derajad cemas
b.
Berikan tindakan kenyamanan seperti : perubahan posisi
Rasional :Meningkatkan relaksasi dan kemampuan koping
c.
Anjuran pasien melakukan teknik relaksasi
Rasional :Memberikan arti penghilangan respon ansietas
d.
Libatkan orang terdekat dalam rencana perawatan
Rasional :Membantu mefokuskan penglihatan pasien
4.
Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berdasarkan
Anoreksia
Tujuan :
a.
Pasien mendapat nutrisi yang adekuat
b.
Pasien mengkonsumsi nutrisi yang adekuat
c.
Pasien tidak mengalami penurunan berat badan
d.
Menunjukkan nafsu makan pasien meningkat
Intervensi :
a.
Tentukan ketajaman penglihatan, catat apakah satu /
kedua mata
Rasional :Untuk diperbaiki prosedur
b.
Orientasi pasien terhadap lingkungan
Rasional :Memberikan peningkatan kenyamanan dann kekeluargaan
c.
Observasi tanda-tanda dan gejala-gejala disosientasi
Rasional :Menurukan resiko jatuh bila pasien bingung
d.
Dorong orang terdekat tinggal dengan pasien
Rasional :Memberikan rangsangan sensori tepat terhadap isolasi
5.
Defisit perawatan diri berdasarkan kebutuhan
Tujuan :
a.
Mengidentifikasi kebersihan optimal setelah bantuan
dalam perawatan diberikan.
b.
Berpartisipasi secara fisik / verbal dalam melakukan
ADL
Intervensi :
a.
Kaji faktor penyebab terjadinya kebutaan
Rasional :Untuk menentukan intervensi yang tepat
b.
Tingkatkan partisipasi optimal
Rasional :Meningkatkan kemampuan pasien dalam
melakukan ADL
c.
Bantu dalam melakukan ADL
Rasional :Meringankan beban pasien dalam melakukan ADL
PENUTUP
Otot optik adalah otot interior dan superior. Otot
dolik superior menggerakan mata kebawah dan kesisi luar. Sementara otot oblik
inferior menggerakan mata keatas dan juga kesisi luar.
Sklera adalah pembungkus mata yang kuat dan fibrus,
skelara membentuk putih mata dan bersambang pada bagian depan dengan sebuah
jendela membentuk yang bening yaitu kornea.
Retina adalah lapisan sarafi pada mata, yang terdiri
dari sejumlah lapisan serabut yaitu sel-sel saraf,b batang-batang dan kerucut.
Kornea yang merupakan bagian depan yang transaparan dan bersambung dengan
sklera yang putih dan tidak tembus cahaya, kornea terdiri atas beberapa lapisan
(lapisan tepi adalah epitalicum berlapis yang bersambung dengan konjangtiva).
Bilik enterior (kamera akali anteriror) yang terletak antara kornea dan
iris. Iris adalah tirai berwarna didepan lensa yang tersambung dengan selaput
kloreia.
Pupil, bintik tengah yang berwarna hitam, yang merupakan celah dalam iris
melalui mana cahaya masuk gara mencapai retina.
DAFTAR PUSTAKA
Ilyas, Sdarta, 1985, Kedaruratan Dalam Ilmu
Penyakit Mara, Fakultas Kedokteran Indonesia, Jakarta.
Mangunkusuma, Vidyapati W, 1988, Penanganan Cidera
Mata dan Aspek Sosial Kebutaan, Universitas Indonesia, Jakarta
Doenges, Marlyn E, 200, Rencana Asuhan Keperawatan Edisi 3, EGG Jakarta.
Sela, Sageng, dkk, 2002, Ilmu Penyakit Mata Untuk Kedokteran Umum
dan Mahasiswa Kedokteran Edisi ke-2, Unversitas Indonesia, Jakarta
Info yang bermanfaat terimakasih ya... mampir jg diblog ku ya.. Deddy-Syarif-hidayat.blogspot.com terimakasih.. ^_^
BalasHapus