1.
KONSEP
PENYAKIT MORBUS BASEDOW
a.
Pengertian
Penyakit
basedow atau lazim juga disebut sebagai penyakit graves merupakan penyakit yang
sering dijumpai pada orang muda akibat daya peningkatan produksi tiroid yang
ditandai dengan peningkatan penyerapan yodium radioaktif oleh kelenjar tiroid.
b.
Etiologi
Diduga
akibat peran antibodi terhadap peningkatan produksi tiroid serta adanya adenoma
tiroid setempat (suatu tumor) yang tumbuh di dalam jaringan tiroid dan
ensekresikan banyak sekali hormon tiroid.
c.
Patofisiologi
Hipothalamus Hormon
pelepas (tirotropin)
Hipofisis
anterior Hormon
perangsang tiroid (TSH)
Tiroid
Hipertrofi
Peningkatan sekresi Yodium
Tirotoksin
Peningkatan
metabolisme
Antibodi imunoglobulin
Adenoma tiroid
setempat
Hipertiroid
Peningkatan
kebutuhan kalori
Peningkatan
sirkulasi darah Resiko penurunan curah jantung
Resiko
perubahan nutrisi (-) kebutuhan tubuh
Kelelahan otot
Resiko
kerusakan integritas jar. mata
Sumber: Guyton and Hall (1997)
Pada
kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga
kali dari ukuran normalnya, disertai dengan banyaknya hiperplasia dan lipatan –
lipatan sel – sel folikel ke dalam folikel, sehingga jumlah sel – sel ini lebih
meningkat berapa kali dibandingkan dengan pembesaran kelenjar. Setiap sel
meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa kali lipat.
Perubahan
pada kelenjar tiroid ini mirip dengan perubahan akibat kelebihan TSH. Pada
beberapa penderita ditemukan adaya beberapa bahan yang mempunyai kerja mirip
dengan TSH yang ada di dalam darah. Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi
imunoglobulin yang berikatan dengan reseptor membran yang sama degan reseptor
membran yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut merangsang aktivasi terus –
menerus dari sistem cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah
hipertiroidisme.
d. Gambaran Klinik
1)
Berat
badan menurun 10) Dispnea
2)
Eksoftalmus. 11)
Berkeringat
3)
Palpitasi,
takikardia. 12) Diare
4)
Nafsu
makan meningkat. 13) Kelelahan otot
5)
Tremor
(jari tangan dan kaki) 14) Oligomenore/amenore
6)
Telapak
tangan panas dan lembab
7)
Takikardia,
denyut nadi kadang tidak teratur karena fibrilasi atrium, pulses seler
8)
Gugup,
mudah terangsang, gelisah, emosi tidak stabil, insomnia.
9)
Gondok
(mungkin disertai bunyi denyut dan getaran).
e.
Penanggulangan
Terapi penyakit graves dtujukan
kepada pengendalian stadium tirotoksikosis dengan pemberian antitiroid seperti
propiltiourasil (PTU) atau karbimasol. Terapi definitif dapat dipilih antara
pengobatan antitiroid jangka panjang, ablasio dengan yodium radioaktif atau
tiroidektomi subtotal bilateral.
Indikasi tindakan bedah adalah:
1)
perlu
mencapai hasil definitif cepat. 4) Struma
multinoduler dengan hipertiroidi
2)
Keberatan
terhadap antitiroid 5) Nodul toksik soliter.
3)
Penanggulangan
dengan antitiroid tidak memuaskan
2.
KONSEP
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN MORBUS BASEDOW
a.
Pengkajian
Data dasar pada pengkajian pasien
dengan morbus basedow adalah:
1)
Aktivitas/istirahat
a)
Gejala:
insomnia, sensitivitas meningkat, otot lemah, gangguan koordinasi, kelelahan
berat.
b)
Tanda:
Atrofi otot.
2)
Sirkulasi
a)
Gejala:
palpitasi, nyeri dada (angina).
b)
Tanda:
disritmia (Fibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah
dengan tekanan nada yang berat, takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps,
syok (krisis tirotoksikosis).
3) Eliminasi
a) Gejala: urine dalam jumalh banyak, perubahan dalam
feses (diare).
4) Integritas ego
a)
Gejala:
Mengalami stres yang berat baik emosional maupun fisik.
b)
Tanda:
Emosi labil (euforia sedang sampai delirium), depresi.
5)
Makanan/cairan
a)
Gejala:
Kehilangan berat badan yang mendadak, nafsu makan meningkat, makan banyak,
makannya sering, kehausan, mual dan muntah.
b)
Tanda:
Pembesaran tiroid, goiter, edema non pitting terutama daerah pretibial.
6) Neurosensori
a) Tanda: Bicaranya cepat dan parau, gangguan status
mental dan perilaku, seperti: bingung, disorientasi, gelisah, peka rangsang,
delirium, psikosis, stupor, koma, tremor halus pada tangan, tanpa tujuan,
beberapa bagian tersentak – sentak, hiperaktif refleks tendon dalam (RTD).
7) Nyeri/kenyamanan
a)
Gejala:
nyeri orbital, fotofobia.
8)
Pernafasan
a) Tanda: frekuensi pernafasan meningkat, takipnea,
dispnea, edema paru (pada krisis tirotoksikosis).
9)
Keamanan
a)
Gejala:
tidak toleransi teradap panas, keringat yang berlebihan, alergi terhadap iodium
(mungkin digunakan pada pemeriksaan).
b)
Tanda:
suhu meningkat di atas 37,40C, diaforesis, kulit halus, hangat dan
emerahan, rambut tipis, mengkilat, lurus, eksoftalmus: retraksi, iritasi pada
konjungtiva dan berair, pruritus, lesi eritema (sering terjadi pada pretibial)
yang menjadi sangat parah.
10) Seksualitas
a)
Tanda:
penurunan libido, hipomenore, amenore dan impoten.
11) Penyuluhan/pembelajaran
a)
Gejala:
adanya riwayat keluarga yang mengalami masalah tiroid, riwayat hipotiroidisme,
terapi hormon toroid atau pengobatan antitiroid, dihentikan terhadap pengobatan
antitiroid, dilakukan pembedahan tiroidektomi sebagian, riwayat pemberian
insulin yang menyebabkan hipoglikemia, gangguan jantung atau pembedahan
jantung, penyakit yang baru terjadi (pneumonia), trauma, pemeriksaan rontgen
foto dengan kontras.
12) Pemeriksaan diagnostik
a)
Tes
ambilan RAI: meningkat.
b)
T4 dan
T3 serum: meningkat
c)
T4 dan
T3 bebas serum: meningkat
d)
TSH:
tertekan dan tidak berespon pada TRH (tiroid releasing hormon)
e)
Tiroglobulin:
meningkat
f)
Stimulasi
TRH: dikatakan hipertiroid jika TRH dari tidak ada sampai meningkat setelah
pemberian TRH
g)
Ambilan
tiroid131: meningkat
h)
Ikatan
proein iodium: meningkat
i)
Gula
darah: meningkat (sehubungan dengan kerusakan pada adrenal).Kortisol plasma:
turun (menurunnya pengeluaran oleh adrenal).
j)
Fosfat
alkali dan kalsium serum: meningkat.
k)
Pemeriksaan
fungsi hepar: abnormal
l)
Elektrolit:
hiponatremi mungkin sebagai akibat dari respon adrenal atau efek dilusi dalam
terapi cairan pengganti, hipokalsemia terjadi dengan sendirinya pada kehilangan
melalui gastrointestinal dan diuresis.
m)
Katekolamin
serum: menurun.
n)
Kreatinin
urine: meningkat
o)
EKG:
fibrilasi atrium, waktu sistolik memendek, kardiomegali.
b.
Diagnosa
Keperawatan
1)
Resiko
tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d hipertiroid tidak terkontrol,
keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja jantung; , perubahan dalam
arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik; perubahan frekuensi, irama dan
konduksi jantung.
2)
Kelelahan
b/d hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan energi; peka rangsang dari
saraf sehubungan dengan gangguan kimia tubuh.
Data penunjang: mengungkapkan sangat kekurangan
energi untuk mempertahankan rutinitas umum, penurunan penampilan,
labilitas/peka rangsang emosional, gugup, tegang, perilaku gelisah, kerusakan
kemampuan untuk berkonsentrasi.
3)
Resiko
tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan penurunan berat badan);
mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
4)
Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme
perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
c. Perencanaan
1) Resiko tinggi terhadap penurunan curah jantung b/d
hipertiroid tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme; peningkatan beban kerja
jantung; , perubahan dalam arus balik vena dan tahan vaskuler sistemik;
perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung.
Tujuan asuhan keperawatan: mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan
tubuh yang ditandai dengan tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal,
pengisisan kapiler normal, stauts mental baik, tidak ada disritmia.
Rencana tindakan dan rasional:
1. Mandiri
a) Pantau tekanan darah pada posisi baring, duduk dan
berdiri jika memungkinkan. Perhatikan besarnya tekanan nadi.
·
Hipotensi
umum atau ortostatik dapat terjadi sebagai akibat vasodilatasi perifer yang
berlebihan dan penurunan volume sirkulasi. Besarnya tekanan nadi merupakan
refleksi kompensasi dari peningkatan isi sekuncup dan penurunan tahanan sistem
pembuluh darah.
b) Pantau CVP jika pasien menggunakannya.
·
Memberikan
ukuran volume sirkuasi yang langsung dan lebih akurat dan mengukur fungsi
jantung secara langsung.
c)
Periksa/teliti
kemungkinan adanya nyeri dada atau angina yang dikeluhkan pasien.
·
Merupakan
tanda adanya peningkatan kebutuhan oksigen oleh otot jantung atau iskemia.
d) Kaji nadi atau denyut jantung saat pasien tidur.
·
Memberikan
hasil pengkajian yang lebih akurat terhadap adanya takikardia.
e) Auskultasi suara antung, perhatikan adanya bunyi
jantung tambahan, adanya irama gallop dan murmur sistolik.
·
S1 dan
murmur yang menonjol berhubungan dengan curah jantung meningkat pada keadaan
hipermetabolik, adanya S3 sebagai tanda adanya kemungkinan gagal jantung.
f) Pantau EKG, catat dan perhatikan kecepatan atau
irama jnatung dan adanya disritmia.
·
Takikardia
merupakan cerminan langsung stimulasi otot jantung oleh hormon tiroid,
dsiritmia seringkali terjadi dan dapt membahayakan fungsi antung atau curah
jantung.
g) Auskultasi suara nafas, perhatikan adanya suara
yang tidak normal.
·
Tanda
awal terjadinya kongesti paru yang berhubungan dengan timbulnya gagal jantung.
h) Pantau suhu, berikan lingkungan yang sejuk, batasi
penggunaan linen/pakaian, kompres dengan air hangat.
·
Demam
terjadi sebagai akibat kadar hormon yang berlebihan dan dapat meningkatkan
diuresis/dehidrasi dan menyebabkan peningkatan vasodilatasi perifer, penumpukan
vena dan hipotensi.
i) Observasi tanda dan gejala haus yang hebat, mukosa
membran kering, nadi lemah, pengisisan kapiler lambat, penurunan produksi urine
dan hipotensi.
·
Dehidrasi
yang cepat dapat terjadi yang akan menurunkan volume sirkulasi dan menurunkan
curah jantung.
j) Catat masukan dan keluaran, catat berat jenis
urine.
·
Kehilangan
cairan yang banyak (melalui muntah, dare, diuresis, diaforesis) dapat
menimbulkan dehidrasi berat, urine pekat dan berat badan menurun.
k) Timbang berat badan setiap hari, sarankan untuk tirah
baring, batasi aktivitas yang tidak perlu.
·
Aktivitas
akan meningkatkan kebutuhan metabolik/sirkulasi yang berpotensi menimbulkan
gagal jantung.
l) Catat adanya riwayat asma/bronkokontriksi,
kehamilan, sinus bradikardia/blok jantung yang berlanjut menjadi gagal jantung.
·
Kondisi
ini mempengaruhi pilihan terapi (misal penggunaan penyekat beta-adrenergik
merupakan kontraindikasi).
m) Observasi efek samping dari antagois adrenergik,
misalnya penurunan nadi dan tekanan darah yang drastis, tanda – tanda adanya
kongesti vaskular/CHF, atau henti jantung.
·
Satu
indikasi untuk menurunkan atau menghentikan terapi.
2. Kolaborasi
a)
Berikan
cairan iv sesuai indikasi.
·
Pemberian
cairan melalui iv dengan cepat perlu untuk memperbaiki volume sirkulasi tetapi
harus diimbangi dengan perhatian terhadap tanda gagal jantung/kebutuhan
terhadap pemberian zat inotropik.
b)
Berikan
O2 sesuai indikasi
·
Mungkin
juga diperlukan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolisme/kebutuhan
terhadap oksigen tersebut.
2) Kelelahan b/d hipermetabolik dengan peningkatan
kebutuhan energi; peka rangsang dari saraf sehubungan dengan gangguan kimia
tubuh.
Data penunjang: mengungkapkan sangat kekurangan energi untuk
mempertahankan rutinitas umum, penurunan penampilan, labilitas/peka rangsang
emosional, gugup, tegang, perilaku gelisah, kerusakan kemampuan untuk
berkonsentrasi.
Tujuan asuhan keperawatan: Megungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energi,
menunjukkan perbaikan kemampuan untuk berpartisipasi dalam melakukan aktifitas.
Rencana tindakan/rasional:
Mandiri:
a) Pantau tanda vital dan catat nadi baik saat
istirahat maupun saat melakukan aktifitas.
·
Nadi
secara luas meningkat dan bahkan saat istirahat, takikardia (di atas 160x/mnt)
mungkin akan ditemukan.
b) Catat berkembangnya takipnea, dispnea, pucat dan
sianosis.
·
Kebutuhan
dan konsumsi oksigen akan ditingkatkan pada keadaan hipermetabolik, yang
merupakan potensial akan terjadi hipoksia saat melakukan aktivitas.
c) Berikan/ciptakan lingkungan yang tenang, ruangan
yang dingin, turunkan stimulasi sesori, warna – warna yang sejuk dan musik
santai (tenang).
·
Menurunkan
stimulasi yang kemungkinan besar dapat menimbulkan agitasi , hiperaktif dan
insomnia.
d) Sarankan pasien untuk mengurangi aktifitas dan
meningkatkan istirahat di tempat tidur sebanyak – banyaknya jika memungkinkan.
·
Membantu
melawan pengaruh dari peningkatan metabolisme.
e) Berikan tindakan yang membuat pasien nyaman,
seperti: sentuhan/masase, bedak yang sejuk.
·
Dapat
menurunkan energi dalam saraf yang selanjutnya meningkatkan relaksasi.
f) Memberikan aktifitas pengganti yang menyenangkan
dan tenang, seperti membaca, mendengarkan radio dan menonton televisi.
·
Memungkinkan
unttk menggunakan energi dengan cara konstruktif dan mungkin juga akan
menurunkan ansietas.
g) Hindari membicarakan topik yang menjengkelkan atau
yang mengancam pasien, diskusikan cara untuk berespons terhadap perasaan
tersebut.
·
Peningkatan
kepekaan dari susunan saraf pusat dapat menyebabkan pasien mudah untuk
terangsang, agitasi dan emosi yang berlebihan.
h) Diskusikan dengan orang terdekat keadaan lelah dan
emosi yang tidak stabil ini.
·
Mengerti
bahwa tingkah laku tersebut secara fisik meningkatkan koping terhadap situasi
sat itu dorongan dan saran orang terdekat untuk berespons secara positif dan
berikan dukungan pada pasien.
Kolaborasi:
i) Berikan obat sesuai indikasi (sedatif, mis:
fenobarbital/luminal, transquilizer/klordiazepoksida/librium.
·
Untuk
mengatasi keadaan (gugup), hiperaktif dan insomnia.
3)
Resiko
tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d peningkatan
metabolisme (peningkatan nafsu makan/peasukan dengan penurunan berat badan);
mual muntah, diare; kekurangan insulin yang relatif, hiperglikemia.
Tujuan asuhan keperawatan: Menunjukkan berat badan yang stabil disertai dengan nilai laboratorium
yang normal dan terbebas dari tanda – tanda malnutrisi.
Rencana tindakan/rasional:
Mandiri:
a)
Auskultasi
bising usus.
·
Bising
usus hiperaktif menerminkan peningkatan motilitas lambung yang menurunkan atau
mengubah fungsi absorpsi.
b)
Catat
dan laporkan adanya anoreksia, kelelahan umum/nyeri, nyeri abdomen, munculnya
mual dan muntah.
·
Peningkatan
aktivitas adrenergik dapat menyebabkan gangguan sekresi insulin/terjadi
resisten yang mengakibatkan hiperglikemia, polidipsia, poliuria, perubahan
kecepatan dan kedalaman pernafasan (tanda asidosis metabolik).
c)
Pantau
masukan makanan setiap hari dan timbang berat badan setiap hari serta laporkan
adanya penurunan berat badan.
·
Penurunan
berat badan terus menerus dalam keadaan masukan kalori yang cukup merupakan
indikasi kegagalan terhadap terapi antitiroid.
d)
Dorong
pasien untuk makan dan meningkatkan jumlah makan dan juga makanan kecil, dengan
menggunakan makanan tinggi kalori yang mudah dicerna.
·
Membantu
menjaga pemasukan kalori cukup tinggi untuk menambahkan kalori tetap tinggi
pada penggunaan kalori yang disebabkan oleh adanya hipermetabolik.
e)
Hindari
pemberian makanan yang dapat meningkatkan peristaltik usus (mis. Teh, kopi dan
makanan berserat lainnya) dan cairan yang menyebabkan diare (mis. Apel, jambu
dll).
·
Peningkatan
motilitas saluran cerna dapat mengakibatkan diare dan gangguan absorpsi nutrisi
yang diperlukan.
Kolaborasi:
a)
Konsultasikan
dengan ahli gizi untuk memberikan diet tinggi kalori, protein, karbohidrat dan
vitamin.
·
Mungkin
memerlukan bantuan untuk menjamin pemasukan zat – zat makanan yang adekuat dan
mengidentifikasikan makanan pengganti yang paling sesuai.
b)
Berikan
obat sesuai indikasi:
(1) Glukosa, vitamin B kompleks.
·
Diberikan
untuk memenuhi kalori yang diperlukan dan mencegah atau mnegobati hipoglikemia.
(2) Insulin (dengan dosis kecil)
·
Dilakukan
dalam mengendalikan glukosa darah jika kemungkinan ada peningkatan.
4)
Resiko
tinggi terhadap kerusakan integritas jaringan b/d perubahan mekanisme
perlindungan dari mata; kerusakan penutupan kelopak mata/eksoftalmus.
Tujuan asuhan keperawatan: Mampu mengidentifikasikan tindakan untuk memberikan perlindungan pada
mata dan pencegahan komplikasi.
Rencana tindakan/rasional:
Mandiri:
a)
Observasi
edema periorbital, gangguan penutupan kelopak mata, lapang pandang sempit, air
mata berlebihan. Catat adanya fotofobia, rasa adanya benda di luar mata dan
nyeri pada mata.
·
Manifestasi
umum dari stimulasi adrenergik yang berlebihan berhubungan dengan
tirotoksikosis yang memerlukan intervensi pendukung sampai resolusi krisis
dapat menghilangkan simtomatologis.
b)
Evaluasi
ketajaman mata, laporkan adanya pandangan yang kabur atau pandangan ganda
(diplopia).
·
Oftalmopati
infiltratif (penyakit graves) adalah akibat dari peningkatan jaringan
retro-orbita, yang menciptakan eksoftalmus dan infiltrasi limfosit dari otot
ekstraokuler yang menyebabkan kelelahan. Munculnya gangguan penglihatan dapat
memperburuk atau memperbaiki kemandirian terapi dan perjalanan klinis penyakit.
c)
Anjurkan
pasien menggunakan kacamata gelap ketika terbangun dan tutup dengan penutup
mata selama tidur sesuai kebutuhan.
·
Melindungi
kerusakan kornea jika pasien tidak dapat menutup mata dengan sempurna karena
edema atau karena fibrosis bantalan lemak.
d)
Bagian
kepala tempat tidur ditinggikan dan batasi pemakaian garam jika ada indikasi.
·
Menurunkan
edema jaringan bila ada komplikasi seperti GJK yang mana dapat memperberat
eksoftalmus.
e)
Instruksikan
agar pasien melatih otot mata ekstraokular jika memungkinkan.
·
Memperbaiki
sirkulasi dan mempertahankan gerakan mata.
f)
Berikan
kesempatan pasien untuk mendiskusikan perasaannya tentang perubahan gambaran atau bentuk ukuran
tubuh untuk meningkatkan gambaran diri.
·
Bola
mata yang agak menonjol menyebabkan seseorang tidak menarik, hal ini dapat
dikurangi dengan menggunakan tata rias, menggunakan kaca mata.
Kolaborasi:
a)
Berikan
obat sesuai dengan indikasi:
(1) Obat tetes mata metilselulosa.
·
Sebagai
lubrikasi mata.
(2) ACTH, prednison.
·
Diberikan
untuk menurunkan radang yang berkembang dengan cepat.
(3) Obat antitiroid
·
Dapat
menurunkan tanda/gejala atau mencegah keadaan yang semakin memburuk.
(4) Diuretik
·
Dapat
menurunkan edema pada keadaan ringan.
DAFTAR PUSTAKA:
Arthur C. Guyton and John E. Hall ( 1997), Buku Ajar Fisiologi
Kedokteran Edisi 9, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Carolyn M. Hudak, Barbara M. Gallo (1996), Keperawatan Kritis;
Pedekatan Holistik Volume II, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Donna D. Igatavicius, Kathy A. Hausman ( 1995), Medical Surgical
Nursing: Pocket Companoin For 2 nd Edition, W. B. Saunders
Company, Philadelphia.
Lynda Juall Carpenito (2000), Diagnosa Keperawatan: Aplikasi Pada
Praktik Klinis edisi 6, Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
Marylin E. Doengoes, Mary Frances Moorhouse, Alice C. Geissler (2000), Rencana
Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien Edisi 3, Peneribit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.
R. Sjamsuhidajat, Wim de Jong (1997), Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi
Revisi, Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar