PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Strabismus merupakan efek penglihatan kedua mata tidak
tertuju pada satu obyek, yang menjadi pusat perhatian. Satu mata bisa terfokus
satu obyek, pada satu obyek sedangkan mata yang lain dapat bergulir kearah
dalam, luar, atas, atau bawah.seseorang dengan mata juling tidak dapat melihat
suatu obyek dengan kedua mata secara serentak.
Dalam beberapa kasus, otot mata sering menjadi salah
satu penyebab strabismus/juling. Untuk menggerakkan bola mata digunakan enam
macam otot mata. Bila otot itu tidak bekerja normal, maka kedua mata itu tidak
berfungsi secara seimbang. Sehingga jika diantara otot atau saraf yang tidak
normal, keadaan itu bisa menyebabkan seorang menjadi juling. Ada pula kasus
juling akibat infeksi toksoplasma yang ditularkan melalui kucing atau daging
yang mengandung kuman toksoplasma tidak dimasak dengan baik.
B.
Tujuan
Makalah ini dibuat untuk menambah pengetahuan dan
wawasan tentang gangguan mata khususnya strabismus penulis berharap pembaca
mengerti akan pengertian dari strabismus, gejala, tanda, penyebab, pemeriksaan,
pengobatan dan lain-lain.
C.
Sasaran
Makalah ini penulis persembahkan kepada semua pembaca
khususnya mahasiswa Akper Ngesti Waluyo Parakan.
ANATOMI
FISIOLOGI MATA
Anatomi Dan
Fisiologi Mata
Pada umumnya mata dilukiskan seperti bola, tetapi
sebetulnya lonjong dan mempunyai garis tengah 2,5 cm, bagian depannya bening
terdiri dari 3 lapisan :
- Lapisan luar, fibrus yang merupakan lapisan serangga.
- Lapisan tengah, vaskuler.
- Lapisan dalam, lapisan saraf.
Ada enam otot penggerak mata, empat diantaranya lurus
sementara dua yang lain agak serong. Otot-otot itu terletak sebelah dalam
orbita dan bergerak dari dinding tulang orbita untuk dikaitkan pada pembungkus
sklerotik mata sebelah belakang kornea. Biasanya sumbu kedua mata mengarah
secara serentak pada satu titikyang sama, tetapi akibat adanya paralise pada
sebuah atau beberapa otot maka mata tidak dapat mengarah secara serentak lagi,
maka timbulah apa yang dinamakan juling atau strabismus.
Bagian-Bagian
Mata
1.
Sklrera adalah pembungkus yang kuat dan fibrus,
berfungsi untuk mempertahankan bentuk mata.
2.
Khoroid atau lapisan tengah berisi pembuluh darah yang
merupakan ranting-ranting arteria oftalmika.
3.
Retina adalah lapisan sarafi mata yang terdiri dari
sejumlah lapisan serabut yaitu sel-sel saraf, batabg-batang dan kerucut yang
berfunngsi untuk menghantarkan impuls saraf dari luar menuju discus optic.
4.
kornea merupakan bagian depan yang transparan dan
bersambung dengan sclera yang putih dan tidak tembus cahaya.
5.
Bilik anterior (kamera anterior okuli) yang terletak
diantara kornea dan irirs.
6.
Iris adalah tirai berwarna didepan lensa yang
bersambung dengan selaput khoroid. Iris berisi dua kelompok serabut otot tidak
sadar atau otot polos, kelompok yang satu mengecilkan ukuran, sementara yang
lain melebarkan ukuran pupil itu.
7.
Pupil adalah bintik tengah yang berwarna hitam, yang
merupakan celah dalam iris, melalui mana cahaya masuk guna mencapai retina.
8.
Bilik posterior (kamera okuli posterior) terletak
diantara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior diisi
dengan aqueus humor.
9.
Aqueus humor adalah cairan yang berasal dari badan
siliare dan diserap kembali ke dalam aliran darah pada sudut antara iris dan
kornea.
10.
Lensa adalah sebuah benda transparan biconvex (cembung
depan belakang) yang terdiri dari beberapa lapisan.
11.
Vitreus humor adalah darah sebelah belakang biji mata
yang berfungsi untuk memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta
mempertahankan hubungan antara retina dengan selaput khoroid dan sklerotik.
Mata berfungsi sebagai indera penglihatan, mata
dibentuk untuk menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina, lantas
dengan perantaraan serabut-serabut nervus optikus, mengalihkan rangsangan ini
ke pusat penglihatan pada otak, untuk ditafsirkan.
BAB II
ISI
STRABISMUS
(Mata Juling)
A.
Pengertian
Ø
Strabismus adalah keadaan dimana kedua mata
tidak “straight” atau tidak terlihat lurus/posisi yang tidak sama pada kedua
sumbu (WWW. Mahendraindonesia. Cpm, thn)
Ø
Juling adalah suatu keadaan dimana terjadi
kegagalan kedua mata untuk terletak lurus yang mungkin diakibatkan karena tidak
sempurnanya penglihatan kedua mata atau terjadi gangguan saraf yang
menggerakkan otot-otot mata (Ilyas Sidarta, 2004)
Ø
Keadaan dimana sumbu penglihatan mata tidak
dapat diraihkan pada satu titik kesemua arah pandang (David Ovedaff, 2002. hal
895)
B.
Etiologi
1.
Akibat kelainan nuclei okulomotor, saraf/otot-otot
ekstra okuler sendiri.
2.
Penyebab antara lain trauma dan kelainan congenital,
infeksi neoplasma atau kelainan vaskuler, SSP, tiroid, kelainan otot (Kapita
Selekta, 859)
3.
Gangguan penglihatan yang akan mengakibatkan
mataglihatan yang akan mata menjadi juling :
Ø
Kelainan ukuran kaca mata antara mata kanan dan
mata kiri.
Ø
Terdapatnya kelainan atau kekeruhan pada bagian
mata yang dilalui sinar untuk melihat.
4.
Gangguan persarafan untuk melihat dapat mengakibatkan
gangguan pergerakan mata.
C.
Klasifikasi
Ada dua tipe strabismus dipandang dari ketidakmampuan
mengarahkan mata padasatu titik kesemua arah pandang.
1)
Paralitik (non komitan) àjuling tidak seimbang.
Yaitu akibat kelumpuhan oto-otot ekstravaskular sendiri, kedua mata lurus
kecuali bila berpindah kearah otot
yang paralitik.
2)
Non paralitik (kon komitan)àjuling seimbang.
Yaitu suatu kelainan yang dimana mata bervariasi tanpa ada lesi neurologist
sehingga gerakan kedua mata biasanya tidak terganggu karena kelainan tidak
disebabkan kelainan saraf.
Tipe Strabismus Kon Komitan
a)
Strabismus esotopia (konvergen)
Strabismus ini dapat merupakan congenital atau didapat :
1)
Strabismus congenital
Dimana mata juling dimulai sejak bayi usia kurang dari 6 bulan dengan
cirri-ciri :
Ø
Tidak dapat menggunakan kedua mata secara
bersamaan
Ø
Sering terjadi fiksasi silang.
Ø
Terkadang ambliopia dan histakmus.
b)
Esotropia didapat, dibedakan menjadi 2 :
Ø
Esotropia didapat (akomodatif)
Merupakan bentuk esotropia yang biasa ditemukan pada anak usia 2 tahun
lebih dengan keadaan mata untuk melihat lebih jelas. Juling ini dapat terjadi
saat melihat jauh, dekat, atau keduanya. 3 jenis esotropia akomodatif :
1.
Refraktif akibat hipermetropia tidak dikoreksi.
2.
Non refraktif akibat rasio akomodasi yang tinggi.
3.
Gabungan.
Ø
Esotropia didapat (non akomodatif)
Misalnya esotropia setelah pembedahan yang luas pada strabismus divergen.
2)
Strabismus eksotropia (divergen)
Yaitu juling keluar, paling sering terjadi saat anak berfokus pada obyek
yang jauh. Biasanya hilang timbul, tidak terdapat diplopia maupun kesalahan
refraksi/myopia. Dapat juga muncul sewaktu-waktu bila anak dalam keadan lelah.
Penatalaksanaan biasanya dengan pembedahan. (Sidarta Ilyas, 2004)
Tipe juling menurut kedudukan mata ada 2 yaitu :
1.
Heteroforia (laten), merupakn juling tersembunyi dimana
mata akan juling dalam keadaan tertentu seperti saat letih, sakit.
Tanda : tanpa/dengan gejala terdapat mata tidak searah, sakit kepala.
2.
Heterotropia, merupakan juling menetap dimana terdapat
mata yang tidak searah terdapat pada satu mata/bergantian.
Psedostrabismus
Adalah juling palsu dengan penglihatan yang masih
normal .
Ø
Psedostrabismus esotropia dapat terlihat pada
anak dengan lipatan yang berat pada kulit kelopak sebelah hidung/epikantus,
sehingga terlihat juling kedalam.
Ø
Psedostrabismus eksotropia dapat dilihat
kadang-kadang pada anak dengan jarak bola mata jauh (hipertelorisme) memberi
kesan juling keluar. (Sidarta Ilyas, 2004)
D.
Tanda dan Gejala
Tanda utama adalah mata tidak lurus artinya bila satu
mata terfokus pada satu obyek, mata yang lain tertuju pada obyek lain. Juga
bila anak melirik, bergiliran bola matanya tidak sampai ke ujung, itu bias
terjadi karena terjadinya hambatan pada pergerakan bola mata sehingga mata
tidak bisa bergerak kesegala arah dengan leluasa.
Kadang-kadang anak dengan strabismus akan memiringkan
satu mata disaat matahari terik/memalingkan leher untuk menggunakan kedua
matanya secara bersama-sama.
E.
Pathofisiologi
Kedua bola mata manusia digerakan oleh otot-otot mata
luar, sedemikian sehingga bayangan benda yang menjadi perhatian akan jatuh
tepat di kedua uvea sentralis. Kemudian secara simultan dikirim kesusunan saraf
pusat untuk diolah menjadi suatu sensasi berupa bayangan tunggal sehingga
terjadi penglihatan binokuler.
Juling (crassed eyes) terjadi bila terdapat satu atau
lebih otot pergerakan bola mata yang tidak mengimbangi gerak otot-otot lainnya.
Maka terjadilah gangguan keseimbangan gerak antara kedua mata sehingga sumbu
penglihatan menyilang pada tempat diluar letak benda yang menjadi perhatiannya.
Kehilangan kemampuan mengimbangi gerak otot-otot dari mata tersebut salah
satunya dapat disebabkan oleh rusaknya system pusak sensorik dan motorik oleh
karena sebab terinfeks virus, bakreri ataupun oleh sebab mengidap suatu
penyakit. Kelainan otot seperti tumor otot paralis otot-otot penggerak bola
mata yang kesemuanya berjumlah 12 yang merupakan factor utama penyebab juling.
F.
Pathway
G.
Test Diagnostik
Pemeriksaan untuk mengetahui adanya juling dapat dilakukan dengan:
1.
Pengkajian ketajaman penglihatan
Pengkajian ini dapat dilaksanakan dalam tahap-tahap ketergantungan pada
respon klien dari masing-masing tahap dan alasan dilaksanakan pengkajian.
Tahap I :
|
Lakukan
pengkajian sekilas dengan meminta klien membaca surat kabar / majalah.
Pastikan pencahayaannya cukup, pasien berkacamata seharusnya memakai
kacamatanya selama tahap pengkajian ini. Perhatikan jarak klien memegang
lembarang yang dibaca dari matanya. Pastikan klien mengerti bahasa dan tidak
buta huruf. Mintalah klien membaca dengan kertas untuk memastikan bahwa klien
tidak buta huruf, bila klien mengalami kesulitan lanjutkan pengujian tahap 2.
|
Tajap II :
|
Gunakan lembar
pemeriksaan smaller pastikan lembaran pemeriksaan benar-benar diterangi,
klien berdiri 20 kaki (6,1 m) jauhnya dari snallen atau duduk di kursi
pengkajian yang telah terpasang berseberangan dengan layer dimulai dari baris
pertama dengan kedua mata terbuka dan kemudian dengan satu mata ditutup bila
klien tidak bisa membaca, gunakan kartu “E” dan tentukan arah tangan “E” pada
anak-anak kecil.
Gunakan
lembaran dengan gambaran obyek yang dikenal. Catat nilai ketajaman pengliatan
untuk masing-masing mata dan kedua mta dalam dua nilai.
|
Tahap III :
|
Uji
masing-masing klien dengan kartu indeks dengan menutupi satu mata, minta
klien dengan gangguan penglihatan parah untuk menghitung jari-jari yang
diacungkan kurang lebih 1 kaki (30 cm) dari wajah klien, bila klien gagal
dalam kedua tes tersebut sinari mata klien dengan senter kecil dan kemudian
padamkan cahayanya tanyakan apakah klien melihat cahaya
|
2.
Pengkajian lapang penglihatan
Saat seseorang menatap lurus kedepan seluruh obyek dalam lapang
penglihatan perifer secara normal dapat dilihat.
a.
Buat klien duduk / berdiri 2 kaki 60 cm jauhnya
berhadapan dengan anda sejajar ketinggian mata.
b.
Minta klien untuk menutupi / melapisi dengan perlahan
satu mata menggunakan kartu indeks dan menatap mata anda berlawanan arah (ex.
Mata kiri pasien, mata kanan perawat).
c.
Gerakan jari dengan jarak sebanding panjang lengan
diluar lapang penglihatan, minta klien untuk mengatakan bila meliht jari anda.
d.
Perlahan tarik jari anda mendekat jari selalu dijaga
tetap ditenga antara anda dan klien.
e.
Ulangi prosedur pada sisi yang lain, atas dan bawah
selalu harus membandingan titik dimana anda melihat jari tersebut memasuki
lapang penglihatan anda dan titik dimana klien dapat melihatnya.
f.
Ulangi prosedur dengan keempat arah pada mata lainnya.
3.
Refleks kornea / hrseberg sinar yang diarahkan pada
pupil, refleksnya pada kornea dapat sama / tidak sama. Bia letaknya tidak sama
dan pantuan sinar pada mata bila letaknya tidak sama dan pantulan sinar pada
mata yang juling terletak:
§
Di tepi pupil berarti juling 150
§
Di daerah limbus berarti juling 450
Bila letak sebelah dalam pada mata yang juling berarti mata juling keluar
/ ekstropia sedang bila pantulan sinar pada mata karena terletak disebelah luar
mata yang juling berarti mata juling kedalam / ekstropia.
4.
Pemeriksaan mata tutup buka (cover un cover) / tutup
mata bergantian (alternate cover) berguna untuk melihat adanya foria pada mata.
5.
Pemeriksaan dengan filter murah
Bila pada mata yang berfiskasi diletakkan filter merah dan kedua mata
disuruh berfiksasi pada satu sumber cahaya kecil, maka 2 kemungkinan yang dapat
terjadi.
a.
Penderita melihat 2 sinar, yaitu satu merah yang
dilihat mata yang berfiksasi dan satu lagi putih yaitu dengan mata tanpa
filter. Pada mata esotropia / juling ke dalam kedua bayangan ini tidak bersilangan
atau diplopia homonium. Pada mata extropia atau juling keluar. Kedua bayangan
akan bersilang atau diplopia heteronimus.
b.
Kedua mata melihat satu sinar yang berwra
kemerah-merahan yang merupakan warna penggabungan penglihatan merah dan putih.
Keadaan ini normal, pada keadaan kedua mata normal, keadaan ini dapat juga
terjadi pada mata juling. Hal ini terjadi akibat pada mata yang lurus bayangan
terletak pada macula sedang pada mata yang juling sudah terdapat korespondensi
retina abnormal yang harmonis. (Dr. Sidarta Ilyas, hal 201 – 202).
H.
Penatalaksanaan
1.
Non Operatif
§
Sangat penting deteksi dini (keturunan tipe
mata)
§
Lakukan beberapa foto pada beberapa posisi dan
perhatikan letak sentral titik cahaya kedua mata.
§
Latihan otot mata
§
Penyesuaian jenis makanan / keadaan umum
(kesehatan umum)
§
Pemberian pelatihan aktif (keaktifan klien
melakukan latihan)
§
Pelatihan pasif (dilakukan orang tua / perawat
bayi nenek)
§
Pemberian kaca mata
§
Bila perlu tetes mata pelatihan (cycloplegira)
§
Penutupan mata yang sehat dengan harapan terjadi
rangsangan dari mata sakit untuk dipakai.
2.
Operatif
§
Dilakukan dengan melakukan tindakan pemotongan /
pengurangan panjang otot mata dan pembetulan letaknya.
§
Operasi sering dilakukan dengan alasan kosmetika
dan psikologi untuk mengoreksi juling yang disebabkan oleh esotropia dasar atau
cacat esotropia akomodatif setelah dikoreksi dengan kacamata, saat operasi
berfariasi antara satu orang dan orang lain.
§
Operasi koreksi meliputi memindah / memendekkan
otot preosedur baru adalah menjahit luka yang dapat diatur.
§
Efek samping dari tindakan operatif
Seperti juga pada pembedahan lainnya, operasi strabismus juga ada resiko
termasuk diantaranya infeksi, perdarahan jaringan perut yang berlebihan juga
dapat terjadi gangguan penglihatan walau amat jarang.
Tujuan pengobatan
Adalah untuk mempertahankan fungsi penglihatan, meluruskan mata dan
memulihkan penglihatan binokuler.
I.
Pengkajian
1.
Biodata : Nama, Umur, Jenis kelamin, Pekerjaan, Alamat,
Pendidikan
2.
Keluhan utama :
- Merasa mata tidak lurus, sakit kepala, mata seperti melihat ganda.
3.
Riwayat penyakit sekarang
-
Penyimpangan pengihatan
-
Penggunaan kacamata dengan kelainan ruang yang jauh
antara mata kanan dan kiri
-
Adanya trauma mata
-
Terlihat mata ambliopia dan histagmus
-
Mata hipermetropi
4.
Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit DM, stroke, hipertensi, trauma kepala, infeksi mata,
pengobatan lase.
5.
Riwayat penyakit keluarga
Adanya DM, stroke, hipertensi, strabismus.
6.
Pemeriksaan fisik
-
TTV ( tensi, suhu, nadi, respiratorik)
-
Mata terlihat tidak lurus
-
Bola mata bergulir tidak sampai ke ujung saat melirik
Aktifitas :
|
-
Perubahan aktifitas sehari-hari karena berkurangnya
penglihatan.
-
Merasa takut melakukan pergerakan bola mata karena
luka operasi
|
Rasa aman :
|
-
Pasien gelisah karena mata merasa lelah
-
Nyeri kepala
|
Persepsi
sensori penglihatan :
|
Kedua bola
matanya tidak focus pada satu tempat ketika melihat suatu benda
|
J.
Diagnosa Keperawatan
1.
Gangguan persepsi sensori kerusakan otot penggerak
mata.
§
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x24 jam gangguan persepsi sensori dapat teratasi dengan criteria hasil
a.
Meningkatkan ketajaman penglihatan dalam batas situasi
individu
b.
Mengenai gangguan sensori dan berkompensasi terhadap
perubahan.
c.
Mengidentifikasi / memperbaiki potensial bahaya dalam
lingkungan
§
Intervensi
a.
Tentukan ketajaman dan kerusakan otot penggerak mata.
Rasional : Apakah bilateral atau hanya satu mata
sehingga memudahkan menentukan prosedur yang tepat untuk melakukan intervensi
lanjutan.
b.
Orientasikan pasien terhadap lingkungan, staf, orang
lain diareanya
Rasional : Memberikan peningkatan kenyamanan dan
kekeluargaan
c.
Observasi tanda-tanda disorientasi, pertahankan pagar
tempat tidur sampai benar-benar sembuh dari ansietas.
Rasional
: menurunkan resiko jatuh bila pasien bingung / tak kenal ukuran tempat
tidur
d.
Pendekatan dari sisi yang tak dioperasi dan sering
menyentuh, dorong orang terekat tinggal dengan pasien.
Rasional
: Memberikan rangsang sensori tepat terhadap isolasi dan menurunkan
bingung
2.
Gangguan citra tubuh perubahan penampilan mata sekunder
terhadap strabismus / juling.
§
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x 24 jam gangguan citra tubuh dapat teratasi dengan criteria hasil:
a.
Menggunakan dan mendemontrasikan penerimaan penampilan.
b.
Mendemontrasikan keinginan dan kemampuan untuk
mengambil perawtan diri / tanggung jawab peran.
Intervensi :
a.
Dorong individu untuk mengekspresikan perasaan,
khususnya mengenai pikiran, perasaan, pandangan dirinya.
Rasional
: untuk mengurangi antisietas dan mengidentifikasi gangguan citra
tubuhnya.
b.
Penjelasan berbagai kesalahan konsep individu terhadap
perawatan diri atau memberi perawatan.
Rasional : agar pasien mampu melakukan perawatan diri
c.
Siapkan orang terdekat terhadap perubahan fisik dan
emosional, dukung keluarga ketika mereka berupaya untuk beradaptasi.
Rasional : keluarga mampu memahami kondisi pasien
d.
Berikan kesempatan berbagi rasa dengan individu yang
mengalami pengalaman sama
Rasional : memulihkan kepercayaan diri
3.
Resti injuri strabismus (terbentuknya bayangan ganda)
§
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x 24 jam resti injuri dapat teratasi dengan criteria hasil.
a.
Menyatakan pemahaman faktr yang terlibat dalam
kemungknan cedera
b.
menunjukkan perilaku, pola hidup untuk menurunkan faktr
resiko dan untuk melindungi diri dari cedera.
Intervensi :
a.
Botasi aktifitasi seperti menggerakan kepala tiba-tiba.
Rasional :
Menurunkan TIO
b.
Penatalaksanaan ruang
Rasional : mengurangi rasiko injuri dan memudahkan
pasien melakukan aktifitas
c.
Kolaburasi dengan keluarga untuk membantu aktifitas
pasien
Rasional :
kebutuhan pasien terpenuhi berkurangnya resiko injuri
d.
Jelaskan pada pasien tentang orientasi ruangan dan
factor yang memungkinkan resiko injuri
Rasional : Pasien memahami dan melakukan tindakan
yang tida membahayakan dirnya.
4.
Ansietas prosedur pembedahan
§
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x 24 jam ansietas dapat teratasi dengan criteria hasil :
a.
Tampak rileks dan melaporkan ansietas menurun sampai
tingkat dapat diatasi.
b.
Menunjukkan ketrampilan pemecahan masalah
Intervensi :
a.
Kaji tingkat ansietas, derjat pengalaman nyeri /
timbulna gejala tiba-tiba dan pengetahuan kondisi saat ini.
Rasional
: faktor ini mempengaruhi persepsi pasien terhadap ancaman diri potensi
siklus ansietas dan mempengaruhi upaya pengontrol TIO
b.
Berikan kenyamanan dan ketentraman hati dengan cara
memahami pasien, tekankan bahwa semua orang merasakan cemas dari waktu ke waktu
perlihatkan rasa empati.
Rasional
: pasien merasa tidak sendiri dalam menghadapi ansietasnya.
c.
Berikan informasi yang akurat tentang pembedahan
Rasional : Menurunkan ansietas sehubungan dengan ketidaktahuan / harapan
yang akan datang dan memberikan dasar fakta untuk membuat pilihan informasi
tentang pengobatan.
5.
Resti infeksi prosedur tindakan pembedahan mata
§
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x 24 jam resti infeksi dapat teratasi dengan criteria hasil:
§
Mengidentifikasi intervensi untuk mencegah /
menurunkan resiko infeksi
Intervensi :
a.
Diskusikan pentingnya mencucui tangan sebelum menyentuk
/ mengobati mata
Rasional : menurunkan jumlah bakteri pada tangan,
mencega kontaminasi area operasi.
b.
Tekankan pentingnya tidak menyentuh / menggaruk mata
setelah operasi
Rasional : mencegah kontaminasi dan kerusakan sisi
operasi
c.
Observasi diskusikan tanda terjadinya infeksi contoh:
Kemerahan, kelopak bengkak, identifikasi tindakan kewaspadaan bila
terjadi infeksi.
Rasional : infeksi mata terjadi 2 – 3 hari setelah
prosedur dan memerlukan upaya intervensi adanya infeksi yang meningkat.
d.
Berikan obat sesuai indikasi, abbiotik (tropical,
parenteral / sub konjungtiva)
Rasional
: sediaan topical digunakan secara profilaksi, dimana terapi lebih
agresif diperlukan bila terjadi infeksi.
6.
Kurang pengetahuan kurang informasi tentang prosedur
pengobatan
§
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1
x 24 jam kurang pengetahuan dapat teratasi dengan kriteria hasil:
1.
Menyatakan pemahaman tentang proses pengobatan
2.
Melakukan prosedur dengan benar dan menjelaskan alasan
tindakan
Intervensi :
a.
Tekankan pentingnya evaluasi perawatan rutin, br tahu
untuk melaporkan penglihatan berawan.
Rasional
: Pengawasan periodic menurunkan resiko implikasi serius
b.
Informasikan pasien untuk menghindari tetes mata yang
dijual bebas.
Rasional : dapat bereaksi silang / campur dengan obat
yang diberikan
c.
Tekankan kebutuhan untuk menggunakan kaca pelindung
selam hari pembedahan / penutup pada matanya.
Rasional : mencegah cedera kecelakaan pada mata dan
menurunkan resiko peningkatan TIO sehubungan dengan berkedip atau posisi
kepala.
d.
Identifikasi tanda / gejala memerlukan upaya evaluasi
medis contoh: nyeri tajam tiba-tiba penurunan penglihatan, kelopak bengkak,
kemerahan, mata berair.
Rasional : intervensi ini dapat mencegah terjadinya
komplikasi serius, kemungkinan kehilangan penglihatan.
PENUTUP
Kesimpulan
Strabismus adalah kesalahan arah penglihatan salah satu bola mata,
sehingga kedua bola mata terarah kejurusan yang berbeda. Mata juling dapat
disebabkan oleh kelainan fungsi otot luar bola mata oleh tajam penglihatan yang
kurang, dapt juga disebabkan oleh kelainan otot. Gejala utama mata juling
adalah salah satu mata arahnya tidak lurus.
Macam-macam mata juling adalah esotropia (salah satu mata juling kedalam)
dan eksatropia (salah satu menjuling ke luar). Test diagnostic [ada strabismus
dilakukan dengan cara antara lain: pengkajian lapang penglihatan, pemeriksaan
mata tutu buka. Juling dapat terjadi sejak lahir dan adapula yang terjadi dalam
perjalanan hidup.
Tujuan pengobatan strabismus adalah membangun / mengembalikan penglihatan
binouler tunggal, sehingga dengan sendirinya secara kosmetik indah. Pengobatan
strabismus tergantung pada penyebab / jenis julingnya mata. Tapi secara garus
besar pengobatan juling dapat dilakukan dengan kaca mata, latihan dan operasi,
sebaiknya pengobatan strabismus dilakukan tidak lama setelah terjadinya
strabismus.
DAFTAR PUSTAKA
David Ovedaff 2. 2002
Ilyas, Sidarta, 2004. Masalah Kesehatan Mata Anda, Fakultas kedonteran UI :Jakarta.
Istiqomah, Indriana N, 2004. Asuhan Keperawatan Pengkajian Tentang Mata. Fakultas Kedokteran :
Jakarta
Konski, JJ 1988, Atlas
Bantu Oftalmologi, Logman Group: London.
Potter RN. A Patricia, 1996. Rangkaian Kesehatan Edisi 3, EGC : Jakarta.
www. mahendraindonesia.com