Rabu, 10 April 2013

kanker




BAB II
KONSEP DASAR MEDIK


A. Pengertian
Menurut Doengoes (1999 : 997) kanker adalah istilah umum yang menggambarkan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal karena kanker adalah penyakit selular, ini dapat timbul dari jaringan tubuh mana saja dengan manifestasi yang mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel.
Terdapat 4 klasifikasi utama kanker sesuai dengan tipe jaringan :
1.              Limfoma (kanker yang berasal dari organ pelawan infeksi)
2.              Leukimia (kanker yang berasal dari organ pembentuk darah)
3.     Sarkoma (kanker yang berasal dari tulang, otot atau jaringan penyambung)
4.     Karsinoma (kanker yang berasal dari sel epitel)
Kolon (termasuk rektum) merupakan tempat keganasan tersering dari saluran cerna. 90 % dari kanker kolon dan rektum (kolorektal) terdiri dari adenokarsinoma, sedang sisanya merupakan limfoma ekstranodal, leromiosarkema dan liposarkoma.

B. Etiologi
1. Diet
Makanan yang banyak mengandung serat, misalnya sayur-sayuran akan menyebabkan waktu transit golos di intestin akan berkurang, sehingga kontak zat yang potensial karsinogen pada mukosa lebih singkat. Hal ini terlihat di negara yang prevalensi karsinoma koloektalnya rendah. Karena kebiasan masyarakat banyak mengkonsumsi sayuran di dalam makanannya. Berbeda di negara barat yang angka kejadian karsinoma kolorektal lebih tinggi. Di samping faktor diatas ialah kebiasaan mereka banyak makan berlemak dan protein hewani.
2. Kelainan di Kolon
a.     Adenoma di kolon, terutama bentuk vili dapat megalami degenerosi maligna menjadi adeno karsinoma. Adenoma menjadi karsinoma sekitar 1 % dengan ukuran kurang dari 1 cm, sekitar 10 % engan ukuran 1 – 2 cm dan lebih dari 50 % pada ukuran lebih dari 2 cm adalah bentuk vili.
b.     Familia Poliposis
Telah diketahui merupakan konolisi premoligna. Menurut catatan lebih kurang 70 % poliposis akan mengalami degenerasi maligna.
c.     Kolitis Ulserativa
Mempunyai resiko besar terjadinya karsinoma kolon. Menurut laporan sekitar 10 – 50 % penderita kolitisulserativa menahun mempunyai resiko terkena karsinoma kolon, dan paling banyak di segmen proksimal kolon.
3. Herediter
Hasil penelitian menunjukkan anak yang berasal dari orang tua yang menderita karsinoma kolorektal mempunyai frekuensi 3,5 kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orangtuanya sehat.
(Price, Wilson, 1995)

C. Klasifikasi
Kanker kolorektal mulai berkemabng pada mukosa yaitu lapisan permukaan dalam usus. Kemudian menembus dinding usus dan meluas ke jaringan sekitarnya serta menyebar jauh atau metatasis baik melalui saluran getah bening maupun pembuluh darah.
Stadium menunjukkan sudah seberapa jauh dan luasnya pertumbuhan kanker ini ditempat awal dia tumbuh yaitu seberapa dalam kanker telah menembus dinding usus, juga penyebaran kesekitarnya dan penyebaran ke tempat jauh.
Banyak klasifikasi stadium yang digunakan untuk kanker kolorektal seperti klasifikasi Dukese dan lainnya.
Stadium kanker kolon dan rektum berdasarkan Dukese sebagai berikut :
Dukese A : kanker terbatas tumbuhnya di dinding usus
Dukese B : kanker menembus lapisan muskularis mukosa (otot usus)
Dukese C : kanker menyebar / metastasis ke kelenjar getah bening
 C1 : suah mengenai beberapa kgb dekat tumor primer
 C2 : sudah mengenai kelenjar getah bening jauh dari tumor primer
Dukese D : kanker sudah menyebar jauh / metastasis jauh
(Gregory Luke Larkin. Colon Rectum. E Medicine)

D. Tanda dan Gejala
Usus besar (kolon) dan rektum berbentuk saluran seperti tabung dimana pada bagian dalamnya disebut mukosa kemudian kearah luarnya berupa lapisan otot, an bagian paling luarnya adalah lapisan pembungkus usus yang disebut serosa.
Fungsi usus besar adalah menyerap air, vitamin dan elektrolit, ekskresi mukus, serta menyimpan faeces dan kemudian mendorongnya keluar melalui rektum dan dubur.
Kanker kolon dan rektum umumnya mulai tumbuh pada permukaan bagian dalam (mukosa) yang mengarah ke dalam rongga. Pada stadium awal dimana kanker masih berukuran kecil, maka tidak akan pernah ada gejala yang dirasakan oleh penderita dan juga tidak akan teraba adanya benjolan karena letaknya yang di dalam usus. Penderita juga tidak akan pernah mengeluh adanya rasa sakit. Hal inilah yang sering menyebabkan penderita datang ke dokter sudah dalam keadaan terlambat yaitu stadium lanjut. Gejala yang sering timbul pada kanker kolon dan rektum adalah berupa :
1.     Perubahan dalam BAB berupa diare, konstipasi, bila BAB merasa tidak puas seperti belum dikeluarkan.
2.     Ada darah pada tinja berwarna merah / kehitaman.
3.     Ukuran tinja yang mengecil, tidak seperti ukuran biasanya.
4.     Bentuk tinja bisa kecil-kecil seperti kotoran kambing.
5.     Keluhan rasa tidak enak pada perut seperti kembung, rasa penuh di perut, mual.
6.     BB makin menurun yang tidak diketahui penyebabnya.
7.     Pada keadaan lanjut, tidak bisa BAB sama sekali dan perut makin kembung dan terasa sakit, bisa disertai muntah dan keadaan umum memburuk.
(Suyono, dkk, 2001)

E. Patofisiologi
Kanker kolon dapat terjadi dalam salah satu dari dua cara. Di dalam saekum dan kolon ascendens, lesi-lesi cenderung untuk berkembang sebagai polip yang tumbuh sebagai yang menyerupai bunga kol menonjol ke dalam lumen kolon. Lesi-lesi tersebut dapat mengalami ulserasi tetapi obstuksi kolon jarang terjadi. Dapat terjadi lesi-lesi tersebut menembus dinding kolon dan menyebar kejaringan sekitarnya. Di dalam kolon desendens terutama bagian rekta sigmaoid lebih sering teradi suatu lesi yang terhapus. Lesi-lesi mula-mula berupa massa polypoid yang kecil yang menjadi seperti plak. Plak ini tumbuh secara melingkar, menyebabkan menyempitnya lumen. Obstruksi dapat terjadi akibat terbentuknya faeses pada samping kiri yang tidak dapat melewati lumen yang menyempit. Lesi-lesi ini juga suatu saat dapat menembus dididing kolon dan meluas ke dalam jaringan didekatnya. Kanker kolon dapat menyebar melalui penyebaran langsung atau melalui sistem limfatik atau sirkulasi, bertahan ditempat yang jauh pada peritoneom atau pada tempat yang jauh pada kolon. Liver merupakan organ yang terutama sering terkena metastasis karena pembuluh darah dari kolon mengalir ke dalam rena porta menuju liver.
(Long, 1996 : 245)

F. Tes Diagnostik
1. Endoskopi
Pemeriksaan endoskopi perlu dikerjakan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi dan untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi. Berdasarkan catatan ternyata bahwa pada lebih kurang 70 % pemeriksaan endoskopi dapat ditemukan kanker di kolon. Pemeriksaan endoskopi selain untuk menentukan tumor juga berguna untuk menentukan perdarahan. Secara endoskopi umumnya bentuk kanker di kolorektal ialah polipoid yang iregular anular seperti bunga kol yang urseratif, striktura, sirkular. Bahkan dengan endoskopi dapat ditentukan letak obstruksi menimbulkan tanda-tanda obstruksi umumnya kanker berbentuk sirkular dan anular yang menyebabkan timbul penyempitan lumen usus. Sedangkan bentuk striktura merupakan tumor yang sering menonjol dan mengisi seluruh lumen usus, sehingga menyebabkan terjadi sumbatan total. Bila tidak dijumpai karsinoma kolorektal, tetapi ditemukan darah atau pus dari arah proksimal dapat disimpulkan kemungkinan terdapat maligna.
2. Radiologi
Yang dapat dilaksanakan foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan foto dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke paru, juga biasa digunakan untuk persiapan pembedahan. Barium enema sebaiknya menggunakan kontras ganda dan usahakan melakukan pemotretan pada berbagai posisi bila ditemukan kelainan, serta hindari kemungkinan tempat atau suatu filling defect pada suatu striktura selain daripada itu dapat ditentukan lokasi tempat kelainan tersebut.
3. Ultrasonografi (USG)
Pemeriksaan USG tidak dapat atau sulit kanker kolorektal. Alat ini baru dimanfaatkan untuk mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening diabdokmen dan di hati.
Endosonografi dapat digunakan untuk mendeteksi karsinoma kolprektal, karena alat ini dapat melihat secara langsung lumen usus, serta dapat melihat tiap lapisan dinding usus. Ecara endosonografi dinding usus  terdiri dari 5 lapisan yaitu lapisan mukosa, muskularis, mukosa, submukosa, muskularis propria dan serosa dengan lemak parirektal. Pada karsinoma akan tampak massa yang Hypoechok tidak teratur mengenai lapisan dinding kolon.
4. Histopatologi
Setiap melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan diagnosis. Gambar histopatologi karsinoma kolorektal ialah adeno karsinoma dan perlu dibentukkan deferensiasi sel.
5. Laboratorium
Tidak ada pertanda yang khas untuk karisnoma kolorektal walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu di periksa HB pada yang perdarahan mengalami penurunan Hb.
Tumor marker (pertanda tumor) yang biasa dipakai ialah CEA. Kadar CEA lebih dari 5 Mg/Ml, biasanya ditemukan pada karsinoma kolorektal yang dusah lanjut.
(Gregory Luke Larkin. Colon Rectum. E Medicine)

G. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan
Dapat dilakukan dengan salah satu cara di bawah ini :
a.     Bagian kolon yang sedikit dipotong dan ujung yang tersisa di sambungkan dalam suatu anastamesis.
b.     Bagian kolon yang sakit dipotong dan ujung yang masih berfungsi dibawa kearah luar permukaan abdomen membentuk sebuah stoma.
2. Terapi lain-lain
a. Terapi Radiasi
Secara umum tiak efektif dalam mengatasi kanker kolorektal. Terapi ini mungkin digunakan pre operatif pada kanker-kanker yang meluas atau ekstensif lokal untuk menekan pertumbuhannya. Cairan ini mencegah sel-sel yang terlepas tanpa sengaja selama pembedahan untuk menanamkan diri di lokasi lain.
b. Kemoterapy, digunakan untuk penyakit metastatik dan untuk orang dengan resti mengalami kekambuhan. Terapi ini lebih efektif untuk metastatik liver. Zat kemorepeutik yang dipilih adalah S. Flurourasil (S – Fu) diberikan tersendiri maupun kombinasi dengan zat-zat lain.
(Gregory Luke Larkin. Colon Rectum. E Medicine)

























































BAB III
KONSEP DASAR KEPERAWATAN


A. Pengkajian
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala :
a.              Kelemahan dan atau
b.     Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya : nyeri, ansietas, berkeringat malam.
c.     Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan
d.     Pekerjaan atau profesi dengan pemanjaan karsinogen lingkunga, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi
Gejala : Palpitasi, neyri dada pada pengerahan kerja
Kebiasaan : perubahan pada TD
3. Integritas Ego
Gejala :
a.     Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misal merokok, minum alkohol, meunda mencari pengobatan, keyakinan, religius atau spritual)
b.     Masalah tentang perubahan dalam penampilan misal alopesia, lesi cacat, pembedahan.
c.     Menyangkal diagnosis, perasaan tiak berdaya, putus asa, tiak mampu, tiak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, defresi.
Tanda :
Menyangkal, menarik diri, marah
4. Eliminasi
Gejala :
a. Perubahan pada pola defekasi misal darah pada feces, nyeri pada defekasi.
b. Perubahan eliminasi urinarius misal nyeri antara rasa terbakar pada saat berkemih, nematuria sering berkemih.
Tanda :
Perubahan pada gising usus distensi abdomen
5. Makanan atau Cairan
Gejala :
a.     Kebiasaan diit buruk (misal rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet)
b.     Anoreksia, mual atau muntah
c.     Intoleransi makanan
d.     Perubahan pada berat badan, penurunan berat badan hebat, kakeksia, berkurangnya masa otot.
Tanda :
Perubahan pada kelembaban / turgor kulit
6. Neurosensori
Gejala : pusing
7. Nyeri
Gejala : tidak ada nyeri, atau derajad bervariasi misalnya ketidak nyamanan ringan sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
8. Pernapasan
Gejala :
a. Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seorang yang merokok)
b. Pemanjaan abses
9. Keamanan
Gejala :
a. Pemanjaan pada kimia karsinogen
b. Pemanjaan matahari lama / berlebihan
Tanda : demam
10. Seksualitas
Gejala :
a. Masalah sel misalnya dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasaan
b. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun
c. Multigravida pasangan seks multipel, aktifitas seksual dini, herpes genital.
11. Interaksi Sosial
Gejala :
a. Ketidak adekuatan / kelemahan sistem pendukung
b. Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasandi rumah, dukungan atau bantuan)
c. Masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran
12. Penyuluhan / Pembelajaran
Gejala :
a.     Riwayat kanker pada keluarga, misal : ibu atau bibi dengan kanker payuara
b.     Sisi primer : penyakit primer, tanggal ditemukan / di diagnosis
c.     Penyakit Metastatik : sisi tambahan yang terlibat, bila tidak aa, riwayat alamiah ari akan memberikan informasi penting untuk mencari metastatik.
d.     Riwayat pengobatan : pengobatan sebelumnya untuk tempat kanker dan pengobatan yang diberikan

B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1.     Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berbanding masukan oral yang tidak adekuat. (Doengoes, 1999)
2.     Nyeri berhubungan dengan reflek sekunder terhadap iritasi lumen kolon. (Doengoes, 1999).
3.     Resiko konstipasi berbanding karsinoma kolon (Doengoes, 1999)
4.     Intoleransi aktivitas berbanding gangguan sistem transport oksigen sekunder terhadap penurunan jumlah sel darah merah. (Carpenito, 2000)
5.     Ansietas berbanding kurang pengetahuan tentang kanker dan pengobatan (Doengoes, 1999)

Dx

Tujuan dan Kriteria Hasil

Intervensi dan Rasional
1.
Tujuan : nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
a.


b.




c.




d.
Kaji pola makan klien
Rasional (R/) mengidentifikasi kekuatan atau defesieansi nutrisi
Tentukan tingkat kebutuhan nutrisi klien
R/ mengetahui kebutuhan nutrisi yang terpenuhi oleh klien sehingga optimal
Jelaskan pentingnya nutrisi adekuat
R/ memungkinkan klien mengetahui pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Kolaborasi dengan ahli gizi
a.

b.
Tidak mengalami tanda malnutrisi
Menunjukkan perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan atau mempertahankan BB yang sesuai
2
Tujuan : nyeri dapat berkurang dengan skala 1 sampai 3
Kriteria hasil :
a.




b.



c.

d.
Kaji intensitas nyeri (P, Q, R, S, T)
R/ informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan
Kurangi ketegangan atau tekanan otot-otot perut
R/ dapat memperberat timbulnya nyeri
Ajarkan teknik relaksasi
R/ menurunkan tingkat nyeri
Kolaborasi dengan pemberian analgetik
R/ nyeri bervairiasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan
a.
b.
Mengatakan nyeri berkurang
Dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dan distaksi
3.
Tujuan : mempertahankan konstipasi / pola defeksi umum
Kriteria hasil :
Klien mengungkapkan pemahaman tentangfaktor dan intervensi / solusi yang tepat yang berkenaan engan situasi individu
a.




b.


c.



d.
Pastikan kebiasaan eliminasi umum
R/ dapat diperlukan sebagai dasar untuk evaluasi masa datang
Dorong masukan cairan adekuat
R/ dapat menurunkan potensial terhadap konstipasi
Pastikan diit yang tepat
R/ stimulasi GI yang dapat meningkatkan frekuensi defekasi
Kolaborasi pemberian pelunak faeses
R/ penggunaan profilaktil dapat mencegah komplikasi lanjut pada beberapa pasien
4.
Tujuan : kebutuhan dapat terpenuhi
Kriteria hasil :
a.




b.



c.




d.
Kaji respon individu terhadap aktivitas
R/ mengetahui tingkat kemampuan individu dalam memenuhi aktivitas sehari-hari
Bantu klien dalam memenuhi aktivitas kebutuhan sehari-hari
R/ energi yang dikeluarkan lebih optimal
Jelaskan pentingnya pembatasan energi
R/ energi penting untuk membantu proses metabolisme tubuh
Libatkan keluarga dalam pemenuhan aktivitas klien
R/ klien mendapat dukungan psikologis dari keluarga
a.


b.

c.


d.


Mengidentifikasi faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas
Memperlihatkan kemampuan
Memperlihatkan penurunan tanda-tanda hipoksia pada peningkatan aktivitas
Melaporkan penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas
5.
Tujuan : tingkat kecemasan menurun atau berkurang
Kriteria hasil :
a.






b.






c.




d.


Dorong pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
R/ memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan konsep tentang diagnosis
Berikan lingkungan terbuka dimana pasien merasa nyaman untuk mendiskusikan perasaannya
R/ pantau pasien untuk merasa diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan dihakimi
Berikan informasi akurat, konsisten mengenai prokrosis
R/ menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan berdasarkan realita
Libatkan orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat
R/ menjamin sistem pendukung untuk pasien
(Doengoes, 1999)
a.


b.



c.
Menunjukkan rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
Tampak rileks dan melaporkan asietas berkurang pada tingkat dapat diatasi
Mendemonstrasikan penggunaan mekanisme koping efektif


























DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.

Doengoes, Marilyn E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.

Pearce, Evelyn C. 1979. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia : Jakarta.

Price, Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi. EGC : Jakarta.

Robbins, Stanley L dan Vinay Kumar. 1995. Patologi II. EGC : Jakarta.

Gregory Luke Larkin. Colon. E Medicine (On line). From : http ://www. e medicine. com/emerg/by name/Colon Detachment.htm



















Tidak ada komentar:

Posting Komentar