BAB II
KONSEP DASAR MEDIK
A. Pengertian
Menurut Doengoes (1999 : 997) kanker adalah
istilah umum yang menggambarkan pertumbuhan seluler dan merupakan kelompok
penyakit dan bukan hanya penyakit tunggal karena kanker adalah penyakit
selular, ini dapat timbul dari jaringan tubuh mana saja dengan manifestasi yang
mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturasi sel.
Terdapat 4 klasifikasi utama kanker sesuai
dengan tipe jaringan :
1.
Limfoma (kanker yang berasal dari organ pelawan
infeksi)
2.
Leukimia (kanker yang berasal dari organ pembentuk
darah)
3.
Sarkoma (kanker yang berasal dari tulang, otot atau
jaringan penyambung)
4.
Karsinoma (kanker yang berasal dari sel epitel)
Kolon (termasuk rektum) merupakan tempat
keganasan tersering dari saluran cerna. 90 % dari kanker kolon dan rektum
(kolorektal) terdiri dari adenokarsinoma, sedang sisanya merupakan limfoma
ekstranodal, leromiosarkema dan liposarkoma.
B. Etiologi
1. Diet
Makanan
yang banyak mengandung serat, misalnya sayur-sayuran akan menyebabkan waktu
transit golos di intestin akan berkurang, sehingga kontak zat yang potensial
karsinogen pada mukosa lebih singkat. Hal ini terlihat di negara yang
prevalensi karsinoma koloektalnya rendah. Karena kebiasan masyarakat banyak
mengkonsumsi sayuran di dalam makanannya. Berbeda di negara barat yang angka
kejadian karsinoma kolorektal lebih tinggi. Di samping faktor diatas ialah
kebiasaan mereka banyak makan berlemak dan protein hewani.
2. Kelainan
di Kolon
a.
Adenoma di kolon, terutama bentuk vili dapat megalami
degenerosi maligna menjadi adeno karsinoma. Adenoma menjadi karsinoma sekitar 1
% dengan ukuran kurang dari 1 cm, sekitar 10 % engan ukuran 1 – 2 cm dan lebih
dari 50 % pada ukuran lebih dari 2 cm adalah bentuk vili.
b.
Familia Poliposis
Telah diketahui merupakan konolisi premoligna.
Menurut catatan lebih kurang 70 % poliposis akan mengalami degenerasi maligna.
c.
Kolitis Ulserativa
Mempunyai resiko besar terjadinya karsinoma
kolon. Menurut laporan sekitar 10 – 50 % penderita kolitisulserativa menahun
mempunyai resiko terkena karsinoma kolon, dan paling banyak di segmen proksimal
kolon.
3. Herediter
Hasil
penelitian menunjukkan anak yang berasal dari orang tua yang menderita
karsinoma kolorektal mempunyai frekuensi 3,5 kali lebih banyak dari pada
anak-anak yang orangtuanya sehat.
(Price, Wilson, 1995)
C. Klasifikasi
Kanker kolorektal mulai berkemabng pada mukosa
yaitu lapisan permukaan dalam usus. Kemudian menembus dinding usus dan meluas
ke jaringan sekitarnya serta menyebar jauh atau metatasis baik melalui saluran
getah bening maupun pembuluh darah.
Stadium menunjukkan sudah seberapa jauh dan
luasnya pertumbuhan kanker ini ditempat awal dia tumbuh yaitu seberapa dalam
kanker telah menembus dinding usus, juga penyebaran kesekitarnya dan penyebaran
ke tempat jauh.
Banyak klasifikasi stadium yang digunakan untuk
kanker kolorektal seperti klasifikasi Dukese dan lainnya.
Stadium kanker kolon dan rektum berdasarkan
Dukese sebagai berikut :
Dukese A : kanker terbatas tumbuhnya di dinding usus
Dukese B : kanker menembus lapisan muskularis mukosa (otot
usus)
Dukese C : kanker menyebar / metastasis ke kelenjar getah
bening
C1 : suah mengenai beberapa kgb dekat tumor primer
C2 : sudah mengenai kelenjar getah bening jauh dari
tumor primer
Dukese D : kanker sudah menyebar jauh / metastasis jauh
(Gregory
Luke Larkin. Colon Rectum. E Medicine)
D. Tanda dan Gejala
Usus besar (kolon) dan rektum berbentuk saluran
seperti tabung dimana pada bagian dalamnya disebut mukosa kemudian kearah
luarnya berupa lapisan otot, an bagian paling luarnya adalah lapisan pembungkus
usus yang disebut serosa.
Fungsi usus besar adalah menyerap air, vitamin
dan elektrolit, ekskresi mukus, serta menyimpan faeces dan kemudian mendorongnya
keluar melalui rektum dan dubur.
Kanker kolon dan rektum umumnya mulai tumbuh
pada permukaan bagian dalam (mukosa) yang mengarah ke dalam rongga. Pada
stadium awal dimana kanker masih berukuran kecil, maka tidak akan pernah ada
gejala yang dirasakan oleh penderita dan juga tidak akan teraba adanya benjolan
karena letaknya yang di dalam usus. Penderita juga tidak akan pernah mengeluh
adanya rasa sakit. Hal inilah yang sering menyebabkan penderita datang ke
dokter sudah dalam keadaan terlambat yaitu stadium lanjut. Gejala yang sering
timbul pada kanker kolon dan rektum adalah berupa :
1.
Perubahan dalam BAB berupa diare, konstipasi, bila BAB
merasa tidak puas seperti belum dikeluarkan.
2.
Ada darah pada tinja berwarna merah / kehitaman.
3.
Ukuran tinja yang mengecil, tidak seperti ukuran
biasanya.
4.
Bentuk tinja bisa kecil-kecil seperti kotoran kambing.
5.
Keluhan rasa tidak enak pada perut seperti kembung,
rasa penuh di perut, mual.
6.
BB makin menurun yang tidak diketahui penyebabnya.
7.
Pada keadaan lanjut, tidak bisa BAB sama sekali dan
perut makin kembung dan terasa sakit, bisa disertai muntah dan keadaan umum
memburuk.
(Suyono, dkk, 2001)
E. Patofisiologi
Kanker kolon dapat terjadi dalam salah satu
dari dua cara. Di dalam saekum dan kolon ascendens, lesi-lesi cenderung untuk
berkembang sebagai polip yang tumbuh sebagai yang menyerupai bunga kol menonjol
ke dalam lumen kolon. Lesi-lesi tersebut dapat mengalami ulserasi tetapi
obstuksi kolon jarang terjadi. Dapat terjadi lesi-lesi tersebut menembus
dinding kolon dan menyebar kejaringan sekitarnya. Di dalam kolon desendens
terutama bagian rekta sigmaoid lebih sering teradi suatu lesi yang terhapus.
Lesi-lesi mula-mula berupa massa polypoid yang kecil yang menjadi seperti plak.
Plak ini tumbuh secara melingkar, menyebabkan menyempitnya lumen. Obstruksi
dapat terjadi akibat terbentuknya faeses pada samping kiri yang tidak dapat
melewati lumen yang menyempit. Lesi-lesi ini juga suatu saat dapat menembus
dididing kolon dan meluas ke dalam jaringan didekatnya. Kanker kolon dapat
menyebar melalui penyebaran langsung atau melalui sistem limfatik atau
sirkulasi, bertahan ditempat yang jauh pada peritoneom atau pada tempat yang
jauh pada kolon. Liver merupakan organ yang terutama sering terkena metastasis
karena pembuluh darah dari kolon mengalir ke dalam rena porta menuju liver.
(Long,
1996 : 245)
F. Tes Diagnostik
1. Endoskopi
Pemeriksaan
endoskopi perlu dikerjakan baik sigmoidoskopi maupun kolonoskopi. Gambaran yang
khas karsinoma atau ulkus akan dapat dilihat dengan jelas pada endoskopi dan
untuk menegakkan diagnosis perlu dilakukan biopsi. Berdasarkan catatan ternyata
bahwa pada lebih kurang 70 % pemeriksaan endoskopi dapat ditemukan kanker di
kolon. Pemeriksaan endoskopi selain untuk menentukan tumor juga berguna untuk
menentukan perdarahan. Secara endoskopi umumnya bentuk kanker di kolorektal
ialah polipoid yang iregular anular seperti bunga kol yang urseratif,
striktura, sirkular. Bahkan dengan endoskopi dapat ditentukan letak obstruksi
menimbulkan tanda-tanda obstruksi umumnya kanker berbentuk sirkular dan anular
yang menyebabkan timbul penyempitan lumen usus. Sedangkan bentuk striktura
merupakan tumor yang sering menonjol dan mengisi seluruh lumen usus, sehingga
menyebabkan terjadi sumbatan total. Bila tidak dijumpai karsinoma kolorektal,
tetapi ditemukan darah atau pus dari arah proksimal dapat disimpulkan
kemungkinan terdapat maligna.
2. Radiologi
Yang
dapat dilaksanakan foto dada dan foto kolon (barium enema). Pemeriksaan foto
dada berguna selain untuk melihat ada tidaknya metastasis kanker ke paru, juga
biasa digunakan untuk persiapan pembedahan. Barium enema sebaiknya menggunakan
kontras ganda dan usahakan melakukan pemotretan pada berbagai posisi bila
ditemukan kelainan, serta hindari kemungkinan tempat atau suatu filling defect
pada suatu striktura selain daripada itu dapat ditentukan lokasi tempat
kelainan tersebut.
3. Ultrasonografi
(USG)
Pemeriksaan
USG tidak dapat atau sulit kanker kolorektal. Alat ini baru dimanfaatkan untuk
mendeteksi ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening diabdokmen
dan di hati.
Endosonografi
dapat digunakan untuk mendeteksi karsinoma kolprektal, karena alat ini dapat
melihat secara langsung lumen usus, serta dapat melihat tiap lapisan dinding
usus. Ecara endosonografi dinding usus terdiri dari 5 lapisan yaitu lapisan mukosa, muskularis,
mukosa, submukosa, muskularis propria dan serosa dengan lemak parirektal. Pada
karsinoma akan tampak massa yang Hypoechok tidak teratur mengenai lapisan dinding
kolon.
4. Histopatologi
Setiap melakukan endoskopi sebaiknya dilakukan
biopsi di beberapa tempat untuk pemeriksaan histopatologis guna menegakkan
diagnosis. Gambar histopatologi karsinoma kolorektal ialah adeno karsinoma dan
perlu dibentukkan deferensiasi sel.
5. Laboratorium
Tidak ada pertanda yang khas untuk karisnoma
kolorektal walaupun demikian setiap pasien yang mengalami perdarahan perlu di
periksa HB pada yang perdarahan mengalami penurunan Hb.
Tumor
marker (pertanda tumor) yang biasa dipakai ialah CEA. Kadar CEA lebih dari 5
Mg/Ml, biasanya ditemukan pada karsinoma kolorektal yang dusah lanjut.
(Gregory Luke Larkin. Colon Rectum. E Medicine)
G. Penatalaksanaan Medis
1. Pembedahan
Dapat
dilakukan dengan salah satu cara di bawah ini :
a.
Bagian kolon yang sedikit dipotong dan ujung yang
tersisa di sambungkan dalam suatu anastamesis.
b.
Bagian kolon yang sakit dipotong dan ujung yang masih
berfungsi dibawa kearah luar permukaan abdomen membentuk sebuah stoma.
2. Terapi
lain-lain
a. Terapi Radiasi
Secara umum tiak efektif dalam mengatasi kanker
kolorektal. Terapi ini mungkin digunakan pre operatif pada kanker-kanker yang
meluas atau ekstensif lokal untuk menekan pertumbuhannya. Cairan ini mencegah
sel-sel yang terlepas tanpa sengaja selama pembedahan untuk menanamkan diri di
lokasi lain.
b. Kemoterapy, digunakan untuk penyakit metastatik
dan untuk orang dengan resti mengalami kekambuhan. Terapi ini lebih efektif
untuk metastatik liver. Zat kemorepeutik yang dipilih adalah S. Flurourasil (S
– Fu) diberikan tersendiri maupun kombinasi dengan zat-zat lain.
(Gregory Luke Larkin. Colon Rectum. E Medicine)
BAB
III
KONSEP
DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Aktivitas
dan Istirahat
Gejala :
a.
Kelemahan dan atau
b.
Perubahan pada pola istirahat dan jam kebiasaan tidur
pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi tidur misalnya : nyeri,
ansietas, berkeringat malam.
c.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi dan latihan
d.
Pekerjaan atau profesi dengan pemanjaan karsinogen
lingkunga, tingkat stres tinggi.
2. Sirkulasi
Gejala :
Palpitasi, neyri dada pada pengerahan kerja
Kebiasaan
: perubahan pada TD
3. Integritas
Ego
Gejala :
a.
Faktor stres (keuangan, pekerjaan, perubahan peran) dan
cara mengatasi stres (misal merokok, minum alkohol, meunda mencari pengobatan,
keyakinan, religius atau spritual)
b.
Masalah tentang perubahan dalam penampilan misal
alopesia, lesi cacat, pembedahan.
c.
Menyangkal diagnosis, perasaan tiak berdaya, putus asa,
tiak mampu, tiak bermakna, rasa bersalah, kehilangan kontrol, defresi.
Tanda :
Menyangkal, menarik diri,
marah
4. Eliminasi
Gejala :
a. Perubahan pada pola defekasi misal darah pada
feces, nyeri pada defekasi.
b. Perubahan eliminasi urinarius misal nyeri
antara rasa terbakar pada saat berkemih, nematuria sering berkemih.
Tanda :
Perubahan
pada gising usus distensi abdomen
5. Makanan
atau Cairan
Gejala :
a.
Kebiasaan diit buruk (misal rendah serat, tinggi lemak,
aditif, bahan pengawet)
b.
Anoreksia, mual atau muntah
c.
Intoleransi makanan
d.
Perubahan pada berat badan, penurunan berat badan
hebat, kakeksia, berkurangnya masa otot.
Tanda :
Perubahan pada kelembaban /
turgor kulit
6. Neurosensori
Gejala : pusing
7. Nyeri
Gejala : tidak
ada nyeri, atau derajad bervariasi misalnya ketidak nyamanan ringan sampai
nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
8. Pernapasan
Gejala :
a. Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan
seorang yang merokok)
b. Pemanjaan abses
9. Keamanan
Gejala :
a. Pemanjaan pada kimia karsinogen
b. Pemanjaan matahari lama / berlebihan
Tanda : demam
10. Seksualitas
Gejala :
a. Masalah sel misalnya dampak pada hubungan,
perubahan pada tingkat kepuasaan
b. Nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun
c. Multigravida pasangan seks multipel, aktifitas
seksual dini, herpes genital.
11. Interaksi
Sosial
Gejala :
a. Ketidak adekuatan / kelemahan sistem pendukung
b. Riwayat perkawinan (berkenaan dengan kepuasandi
rumah, dukungan atau bantuan)
c. Masalah tentang fungsi / tanggung jawab peran
12. Penyuluhan
/ Pembelajaran
Gejala :
a.
Riwayat kanker pada keluarga, misal : ibu atau bibi
dengan kanker payuara
b.
Sisi primer : penyakit primer, tanggal ditemukan / di
diagnosis
c.
Penyakit Metastatik : sisi tambahan yang terlibat, bila
tidak aa, riwayat alamiah ari akan memberikan informasi penting untuk mencari
metastatik.
d.
Riwayat pengobatan : pengobatan sebelumnya untuk tempat
kanker dan pengobatan yang diberikan
B. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
berbanding masukan oral yang tidak adekuat. (Doengoes, 1999)
2.
Nyeri berhubungan dengan reflek sekunder terhadap
iritasi lumen kolon. (Doengoes, 1999).
3.
Resiko konstipasi berbanding karsinoma kolon (Doengoes,
1999)
4.
Intoleransi aktivitas berbanding gangguan sistem
transport oksigen sekunder terhadap penurunan jumlah sel darah merah.
(Carpenito, 2000)
5.
Ansietas berbanding kurang pengetahuan tentang kanker
dan pengobatan (Doengoes, 1999)
Dx
|
|
Tujuan dan Kriteria Hasil
|
|
Intervensi dan Rasional
|
1.
|
Tujuan
: nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria
hasil :
|
a.
b.
c.
d.
|
Kaji
pola makan klien
Rasional
(R/) mengidentifikasi kekuatan atau defesieansi nutrisi
Tentukan
tingkat kebutuhan nutrisi klien
R/
mengetahui kebutuhan nutrisi yang terpenuhi oleh klien sehingga optimal
Jelaskan
pentingnya nutrisi adekuat
R/
memungkinkan klien mengetahui pentingnya nutrisi bagi tubuh.
Kolaborasi
dengan ahli gizi
|
|
a.
b.
|
Tidak
mengalami tanda malnutrisi
Menunjukkan
perilaku perubahan pola hidup untuk meningkatkan atau mempertahankan BB yang
sesuai
|
|||
2
|
Tujuan
: nyeri dapat berkurang dengan skala 1 sampai 3
Kriteria
hasil :
|
a.
b.
c.
d.
|
Kaji
intensitas nyeri (P, Q, R, S, T)
R/
informasi memberikan data dasar untuk mengevaluasi kebutuhan
Kurangi
ketegangan atau tekanan otot-otot perut
R/
dapat memperberat timbulnya nyeri
Ajarkan
teknik relaksasi
R/
menurunkan tingkat nyeri
Kolaborasi
dengan pemberian analgetik
R/
nyeri bervairiasi dari ringan sampai berat dan perlu penanganan untuk
memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan
|
|
a.
b.
|
Mengatakan
nyeri berkurang
Dapat
mendemonstrasikan teknik relaksasi dan distaksi
|
|||
3.
|
Tujuan
: mempertahankan konstipasi / pola defeksi umum
Kriteria
hasil :
Klien
mengungkapkan pemahaman tentangfaktor dan intervensi / solusi yang tepat yang
berkenaan engan situasi individu
|
a.
b.
c.
d.
|
Pastikan
kebiasaan eliminasi umum
R/
dapat diperlukan sebagai dasar untuk evaluasi masa datang
Dorong
masukan cairan adekuat
R/
dapat menurunkan potensial terhadap konstipasi
Pastikan
diit yang tepat
R/
stimulasi GI yang dapat meningkatkan frekuensi defekasi
Kolaborasi
pemberian pelunak faeses
R/
penggunaan profilaktil dapat mencegah komplikasi lanjut pada beberapa pasien
|
|
4.
|
Tujuan
: kebutuhan dapat terpenuhi
Kriteria
hasil :
|
a.
b.
c.
d.
|
Kaji
respon individu terhadap aktivitas
R/
mengetahui tingkat kemampuan individu dalam memenuhi aktivitas sehari-hari
Bantu
klien dalam memenuhi aktivitas kebutuhan sehari-hari
R/
energi yang dikeluarkan lebih optimal
Jelaskan
pentingnya pembatasan energi
R/
energi penting untuk membantu proses metabolisme tubuh
Libatkan
keluarga dalam pemenuhan aktivitas klien
R/
klien mendapat dukungan psikologis dari keluarga
|
|
a.
b.
c.
d.
|
Mengidentifikasi
faktor-faktor yang menurunkan toleransi aktivitas
Memperlihatkan
kemampuan
Memperlihatkan
penurunan tanda-tanda hipoksia pada peningkatan aktivitas
Melaporkan
penurunan gejala-gejala intoleransi aktivitas
|
|||
5.
|
Tujuan
: tingkat kecemasan menurun atau berkurang
Kriteria
hasil :
|
a.
b.
c.
d.
|
Dorong
pasien untuk mengungkapkan pikiran dan perasaan
R/
memberikan kesempatan untuk memeriksa rasa takut realistis serta kesalahan
konsep tentang diagnosis
Berikan
lingkungan terbuka dimana pasien merasa nyaman untuk mendiskusikan
perasaannya
R/
pantau pasien untuk merasa diterima pada adanya kondisi tanpa perasaan
dihakimi
Berikan
informasi akurat, konsisten mengenai prokrosis
R/
menurunkan ansietas dan memungkinkan pasien membuat keputusan berdasarkan
realita
Libatkan
orang terdekat sesuai indikasi bila keputusan mayor akan dibuat
R/
menjamin sistem pendukung untuk pasien
(Doengoes,
1999)
|
|
a.
b.
c.
|
Menunjukkan
rentang yang tepat dari perasaan dan berkurangnya rasa takut
Tampak
rileks dan melaporkan asietas berkurang pada tingkat dapat diatasi
Mendemonstrasikan
penggunaan mekanisme koping efektif
|
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito,
Lynda Juall. 2000. Diagnosa Keperawatan. EGC : Jakarta.
Doengoes,
Marilyn E. dkk. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan. EGC : Jakarta.
Pearce, Evelyn C. 1979. Anatomi
dan Fisiologi untuk Paramedis. Gramedia : Jakarta.
Price,
Sylvia A. dan Lorraine M. Wilson. 1995. Patofisiologi. EGC : Jakarta.
Robbins,
Stanley L dan Vinay Kumar. 1995. Patologi II. EGC : Jakarta.
Gregory Luke Larkin. Colon. E
Medicine (On line). From : http ://www. e medicine. com/emerg/by name/Colon
Detachment.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar